Kita ketahui bersama bahwa dalam Ilmu Antropologi ada berbagai macam unsur kebudayaan, antara lain adalah bahasa dan sistem pengetahuan. Tiap-tiap unsur kebudayaan sudah tentu menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan, yaitu wujud yang berupa sistem budaya, berupa sistem sosial, dan berupa unsur-unsur kebudayaan fisik.
Dalam kebudayaan bahasa Sunda, masyarakat suku Sunda mengenal akan adanya trilogi/ tritangtu/ tripatri falsafah sunda yaitu silih asah, silih asih, dan silih asuh. Ketiga falsafah sunda ini mempunyai implikasi besar kepada pendidikan. Sebagai contoh kita kenal adanya konsep saling mendidik, saling mengasihi dan saling menjaga. Ketiganya berkaitan langsung dengan trilogi falsafah sunda ini.
Para ahli antropologi dalam banyak literaturnya menyebutkan mengenai kaitannya antara kebudayaan dan pendidikan. Salah satunya yaitu Ward H. Goodenough seorang ahli linguistik yang tertarik pada kebudayaan. Sekitar pertengahan tahun 1950-an ia menjelaskan mengenai kebudayaan dalam perspektif antropologi kognitif sebagai sub bidang antropologi budaya yang mengkaji antar hubungan diantara bahasa, kebudayaan, dan kognisi. Atau dengan kata lain, Antropologi kognitif merupakan ancangan dalam antropologi budaya yang memandang kebudayaan sebagai kognisi manusia. (Oetomo, 2000:3).
Dalam hal ini Ward H. Goodenough menjelaskan pengertian kebudayaan dalam perspektif antropologi kognitifnya menyebutkan adanya bahasa sebagai sub bidang antropologi. Terdapat tiga pandangan yang melihat hubungan antara bahasa dan kebudayaan, yaitu: bahasa mendahului kebudayaan, bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, serta kebudayaan dan bahasa berposisi sejajar. (Ahimsa Putra, 2001: 23).
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa hampir seluruh tindak tanduk serta gerak gerik manusia adalah tidak terlepas dari kebudayaan dan bahasa, mengapa demikian? Karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari kebudayaan dan bahasa. Sebagai contoh dari unsur kebudayaan bahasa yaitu adanya bahasa dari setiap daerah yang lahir dan berlandaskan pada budaya yang dimiliki pada setiap daerah.
Berbicara mengenai unsur kebudayan bahasa dalam hal ini bahasa Sunda, masyarakat Sunda memiliki trilogi falsafah yang terus dipegang teguh oleh masyarakatnya, yaitu: silih asah, silih asih, dan silih asuh. Kalimat tersebut memperlihatkan secara khusus karakter unik budaya dan bahasa masyarakat Sunda yang berimplikasi pada Pendidikan. Nilai silih asah, silih asih, dan silih asuh mengandung satu unsur kata yang sama berupa silih artinya saling. (Suryagala, 2010: 171-172).
Pertama, Silih Asah. Dalam Trilogi falsafah sunda kita kenal yang pertama adalah silih asah, silih asah ini terdiri dari dua suku kata yaitu Silih dan Asah yang artinya Silih dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Saling, ganti, tukar. Sedangkan Asah adalah saling menajamkan pikiran atau saling mengingatkan.
Dalam masyarakat Sunda, Silih Asah ini artinya saling memberikan pengajaran. Dengan penggunaan kata saling sudah menunjukkan adanya gerak aktif dari pihak yang bersangkutan, saling memberi respon dengan penuh kesantunan.
Dalam hal ini dilihat dari kacamata pendidikan tentunya ada kewajiban untuk mengajar. Abdullah Nashih 'Ulwan, menjelaskan bahwa Kewajiban untuk mengajar tidak hanya ditekankan pada pendidik tetapi juga orang tua berperan aktif dalam mengajar terhadap anak-anak dan peserta didik dalam ranah pendidikan formal. Implikasi Konsep dasar silih asah dalam pendidikan adalah saling mencerdaskan, saling menambah ilmu pengetahuan, memperluas wawasan baik pengalaman lahir maupun batin. =
Capaian akhir dari konsep dasar Silih Asah ini adalah peningkatan kualitas kemanusiaan dalam segala aspeknya, baik pada tataran kognisi, afeksi, spiritual maupun psikomotorik.
Kedua, Silih Asih. Kedua kata ini berkaitan dengan kasih sayang atau masyarakat Sunda lebih mengenal istilah ini dengan Welas Asih. Adapun pengertian lain dari silih asih adalah transformasi kasih sayang yang berupa welas asih yang mencakup kepada interaksi religius-sosial menekankan kepada cinta kasih kepada Tuhan, alam dan sesama manusia.