Lihat ke Halaman Asli

Arief

Freelancer

Green Port Teluk Lamong, Terus Bekerja Dalam Senyap

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1430104289298633880

Judul tulisan diatas memiliki 2 (dua) makna, yaitu Pertama, keprihatinan atas minimnya pemberitaan tentang karya anak bangsa yang menjadikan Teluk Lamong pelabuhan berstandar dunia bahkan mengalahkan Singapura, Kedua adalah apresiasi terhadap manajemen dan karyawan PT Teluk Lamong yang terus bekerja meskipun tidak ada perhatian publik dan Pemerintah terhadap pelabuhan ini.

Tulisan ini sebenarnya adalah latepost. Karena setelah merenung-renung dalam perjalanan darat, jadi teringat kenapa konsep tol laut Jokowi tidak ada upaya branding terhadap pelabuhan Teluk Lamong. Beberapa Jokowi dan menteri terkait berkunjungan ke pelabuhan, namun tujuannya setelah Pelindo II yaitu di New Priok (proyek perluasan Tanjung Priok). Sebelum diulas lebih lanjut, maka ada baiknya diulas kelebihan Teluk Lamong berdasarkan pengamatan penulis saat berkunjung ke pelabuhan Teluk Lamong pada bulan Maret 2015.

Pelabuhan Tercanggih ke 4 di dunia

Istilah tercanggih adalah penggunaan automatic stacking crane (ASC) setelah pelabuhan Hamburg Jerman, Barcelona Spanyol dan Abu Dabi Uni Emirat Arab. Penggunaan alat ini memiliki keuntungan antara lain : Pertama aktifitas dapat berjalan lebih efektif dan efisien, karena tidak memerlukan banyak tenaga kerja, baik tenaga operasional maupun administrasi. Kedua, ramah lingkungan, karena tidak menggunakan solar melainkan tenaga listrik, sehingga dapat menggurangi polusi udara (CO2, NOx, SOx), debu, getar dan suara. Ketiga produktivitas lebih stabil dan dapat bekerja selama 24/7, karena tidak mengenal faktor kelelahan dan penurunan konsentrasi seperti jika diawaki oleh tenaga kerja. Keempat, paperless, karena segala aktifitas surat menyurat dan administratif seperti cetak nota dilakukan melalui sistem IT, sehingga dapat mengurangi pertemuan dengan pengguna jasa dan meminimalisir terjadinya penyalagunaan wewenang.

Sebagai perbandingan, jika pelabuhan Teluk Lamong dibandingkan dengan induknya yaitu pelabuhan Tanjung Perak (PT Teluk Lamong adalah anak usaha dari PT PELINDO III), maka efisiensinya sangat jauh. Yaitu pada kapasitas yang sama dari aspek SDM, teluk lamong hanya dioperasikan oleh 200 orang, atau 5X lebih efisien jika dibandingkan dengan Tanjung Perak yang dioperasikan oleh 1.000 orang. Belum lagi konsumsi energi, karena di Tanjung Perak energi berasal dari BBM Solar yang ada dis etiap crane, belum lagi dikaitkan dengan pencemaran lingkungan seperti kebisingan, gas buang dsb.

Lalu dimanakah lokasi pelabuhan Singapura yang terkenal itu, sehingga semua ekspor Indonesia harus lewat Singapura untuk berganti kapal?. Ternyata pelabuhan Singapura tidak masuk daftar bahkan belum ada rencana sama sekali tuch untuk menjadi pelabuhan tercanggih di dunia?. Setelah Teluk Lamong, yang dalam proses pembangunan adalah pelabuhan di Australia dan London Inggris. Mengapa Singapura tidak merubah ke sistem yang lebih cangggih, ini karena masalah "potensi kehilangan ekonomi". Coba bayangkan jika 30 hari saja pelabuhan Singapura "off" untuk install alat canggih, siapa yang dapat limpahan muatan? tentu pelabuhan terdekat yaitu Malaysia atau bahkan ke New Priok atau ke Teluk Lamong. Jadi, sepertinya reklamasi laut Singapura akan terus terjadi di masa mendatang? Kenapa?. Lha kalau New Priok sudah beroperasi (meskipun kurang canggih) lalu Teluk Lamong terus menambah kapasitasnya, yang saat ini baru proyek pertama. Jika proyek kedua dan ketiga sudah dilaksanakan, maka pelabuhan Teluk Lamong "akan hampir menyatu" dengan Pelabuhan Tanjung Perak, ditambah akses tol khusus, maka Teluk Lamong bisa disandari kapal kargo terbesar di dunia.

Komitmen Untuk Green, Bukan Abal-Abal

Luar biasa komitmen pelabuhan Teluk Lamong untuk mengerapkan "green" dalam semua aktivitasnya, semisal lampo penerangan jalan menuju pelabuhan menggunakan sollar cell. Malah dibuat pembatasan area truk yang masih gunakan BBM untuk masuk cukup di area parkir tertentu, lalu muatan peti kemis dipindah ke truk milik PT Teluk Lamong yang sudah gunakan bahan bakar CNG (Compressed Natural Gas) untuk dibawa masuk ke area pelabuhan. Tentu ada tambahan biaya yang dikeluarkan oleh PT Teluk Lamong, tapi itulah bentuk komitmen untuk wujudkan green port. Bahkan meskipun sudah keluar biayapun, tetap PT Teluk Lamong masih tetap efisien. Coba dibayangkan jika nanti green port beropeasi penuh, yaitu semua armada truk yang mengantar ke Teluk Lamong sudah gunakan CNG, lalu PT Pertagas Niaga anak usaha Pertamina sudah membangun tangki CNG di Teluk Lamong, maka terintegrasi sudah mobilitas transportasi yang menggunakan "green energy". PT Teluk Lamong sudah siapkan 50 truk armada CNG saat ini.

14301043931728271181

Memang jika dibandingkan dengan New Priok jika dipotret dari udara, maka penampakan pelabuhan Teluk Lamong seolah tidak ada apa-apanya. Ini karena konsep pembangunannya berbeda. Untuk New Priok langsung 100% dari desain, maka di Teluk Lamong bertahap sebanyak 3 kali pembangunan. Jika sudah selesai sampai tahap 3, maka dijamin foto udara Teluk Lamong akan lebih "yahuuuttt..."dibandingkan New Priok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline