Lihat ke Halaman Asli

Arief

Freelancer

Pelita Air Service Siap Bangkitkan Kejayaan Pertamina di Udara

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14229173761063563998

[caption id="attachment_366988" align="aligncenter" width="420" caption="Dok Pribadi"][/caption]

Pelita Air Service (PAS) is a legend. And the legend is back!... mungkin itu intro yang mungkin dipakai sutradara film, jika maskapai ini diibaratkan film karya Holywood. Julukan legenda layak diberikan karena maskapai ini didirikan sejak tahun 1970 dengan nama saat itu Permina Air Service yang bersamaan dengan masa jaya dari Pertamina yang diawal tahun 1970an adalah sekolah bagi beberapa "national oil company" negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam.  Era 70an yang dikenal dengan masa oil bomber, turut memperkuat eksistensi PAS, terlebih disekitar tahun 1977-1979 Indonesia sempat mengalami produksi minyak tertinggi sekitar 1,4 juta barrel per hari.

Pada era jaya dulu, PAS tidak hanya melayani kebutuhan internal Pertamina, tetapi juga melayani penerbangan perusahaan minyak lainnya, sehingga jumlah armada PAS juga banyak dan bervariasi. Tidak hanya pesawat tetapi juga memiliki helikopter, total jumlah armada 27 buah yang terdiri atas Fokker 100, ATR 72-500, Sikorsky S76, Bell 412, Bell 430 dll. Tidak hanya perusahaan minyak, bahkan pelanggannya adalah perusahaan percetakan yaitu penerbit Erlangga.

Pelita Air Service Terbang Lagi, Menjadi Salah Satu Backbone Pertamina Menjadi Perusahaan Energi Dunia

Setelah dihantam dengan krisis keuangan dunia, kenaikan harga minyak dunia di tahun 2008 dan membanjirnya maskapai berjadwal di awal tahun 2000 maka PAS mendapatkan berbagai tantangan yang berat dan seiring dengan reorganisasi di Pertamina saat itu, maka PAS berhenti beroperasi. Seiring dengan terpilihnya Presiden-Wakil Presiden sebagai puncak dari hajatan demokrasi Pemilu 2014, serta perubahan jajaran manajemen Pertamina pada tanggal 28 November 2014, maka terjadi pula perubahan manajemen bisnis di Pertamina. Sosok Dwi Soetjipto yang dikenal sebagai salah satu CEO terbaik di Indonesia dan sosok yang gemar berekspansi telah menjadikan PAS bangkit kembali. Yaa....pada BUMN Semen Indonesia yang tentunya size dan cakupan bisnisnya lebih kecil dibandingkan BUMN Pertamina, sosok Dwi Soetjipto gencar mengembangkan bisnis Semen Indonesia dengan membentuk berbagai anak usaha baru, maka di Pertamina yang sudah punya banyak anak usaha yang saling menunjang dengan bisnis/operasional Pertamina selaku induk serta saling menunjang terhadap bisnis antar anak usaha Pertamina, tentu menjadi ladang yang menarik bagi sosok Dwi Soetjipto yang dikenal mampu menyatukan BUMN semen yang tercerai berai dan penuh konflik saat itu PT Semen Gresik yang mendapatkan tuntutan spin off dari PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa.

Tentu sosok Dwi Soetjipto memiliki pikiran bahwa area operasi Pertamina yang melikupi seluruh wilayah Indonesia dan memiliki 9 kilang, area pemasaran, berbagai anak usaha seperti trading, perkapalan, pelumas dan lainnya dengan jumlah karyawan mencapai lebih dari 12.000 karyawan belum karyawan anak usaha dan jasa penunjang lainnya, tidak berlebihan jika dalam lingkup Pertamina Group jumlah karyawan induk+anak usaha+outsourcing akan mencapai lebih dari 25.000. Jumlah yang fantastis dan merupakan pasar bagi dunia penerbangan. Penulis memiliki estimasi, biaya tiket penerbangan di Pertamina Group dapat mencapai minimal Rp 15 miliar sebulan atau sekitar Rp 160 miliar (ini jumlah minimal). Terlebih upaya penguatan disektor Hulu dengan telah berhasilnya diperoleh blok Kampar, Blok Siak yang sudah habis masa konsesinya dari KKS Asing dan diberikan Pemerintah kepada Pertamina, serta perjuangan Pertamina untuk memperoleh Blok Mahakam, maka mobilitas karyawan Pertamina akan semakin tinggi dimasa depan. Apalagi Pertamina sebagai NOC Indonesia yang saat ini kontribusi produksi minyak mentah masih dikisaran 20%, sangat jauh dibandingkan dengan NOC negara lain yang rata-rata sudah diatas 40%. Bahkan konon Petronas memberikan kontribusi lebih dari 50% bagi produksi minyak mentah Malaysia.

Mobilitas karyawan Pertamina yang didukung ketersediaan angkutan yang memadai diyakini dapat meningkatkan produktivitas perusahaan, disinilah peran PAS yang akan dikontribusikan. Memiliki internal market yang kuat dan tujuan penerbangan yang tidak "head to head" dengan maskapai umum akan menjadi keunggulan PAS untuk terbang tinggi dimasa mendatang. Turunnya harga minyak dunia termasuk harga Avtur yang diprediksi harga minyak mentah dibawah US$ 60 dalam kurun waktu 3 tahun kedepan, adalah waktu yang tepat bagi PAS untuk mengepak sayap lagi serta momentum efisiensi operasional Pertamina.

PAS penerbangan perdana hari Minggu, 1 Februari 2015 tujuan Dumai mendarat mulus, sehingga Dirut Pertamina Dwi Soetjipto yang didampingi Direktur Pengolahan Rakmat Hardadi dan jajaran manajemen bangga dengan keberhasilan PAS terbang kembali.

[caption id="attachment_366989" align="aligncenter" width="420" caption="Dok Pribadi"]

1422917673415270522

[/caption]

PAS adalah penerbangan "Super Full Service"

Penulis yang memiliki kesempatan ikut terbang perdana "First Flight" PAS jurusan Halim Jakarta - Pinang Kampai Dumai menjadi pengalaman yang sangat berharga. Ya....setelah 1999 penulis berkesempatan kembali menjajal pesawat PAS dan kembali ke Kilang II Dumai (dahulu namanya Unit Pengolahan II Dumai, sekarang Refinery Unit II Dumai atau RU II Dumai). Tahun 1999 penulis kerja praktek di Pertamina Dumai, jadi tentu ada memori yang terbangkitkan kembali dalam penerbangan First Flight PAS tersebut. Sebelum berangkat Direktur Utama PAS Andjar Wibawanun menyampaikan laporan kepada Dirut Pertamina di apron Halim Perdana Kusuma, Dirut PAS menyampaikan untuk tahap awal PAS akan melayani penerbangan Halim-Cilacap dan Halim-Dumai dengan pesawat ATR 72-500, yang tidak hanya melayani karyawan Pertamina tetapi juga masyarakat umum. Bingo!!...kata kunci "masyarakat umum" menjadi menarik perhatian penulis, dan apa yang dialami selama naik pesawat wajib diinfokan ke publik untuk memberikan informasi seperti apa rasanya naik "PAS".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline