Fluktuasi harga dalam dunia usaha itu biasa. Berlaku juga pada harga telur pada usaha ternak puyuh. Bulan ini (Oktober 2011), semoga menjadi bulan dengan rendah-rendahnya harga telur puyuh. Alias diharap jangan turun lagi. Namun, selama saya beternak puyuh dalam kemitraan, serendah-rendahnya harga, belum sampai terhitung rugi. Masih bisa membeli pakan dan mendapatkan keuntungan. Biarpun pada kondisi harga terendah, tetap ada pemasukan. Pemasukan tersebut didapat dari selisih harga total penjualan telur puyuh dikurangi kebutuhan pakan. Pemasukan pada saat harga rendah kali ini, terhitung setengah dari pendapatan biasanya. Begitupun belum bisa dikatakan merugi. Kecuali jika penurunan keuntungan dianggap rugi, ya lain lagi. Harusnya yang dihitung memang total penghasilan selama satu periode / satu angkatan. Rata-rata satu periode bisa mencapai lebih dari 12 bulan dihitung dari DOQ umur 1 hari. Hitungan keuntungan total termasuk juga hasil penjualan burung puyuh apkir. Total hitungan itulah pendapatan yang sebenarnya. Jadi para peternak harusnya tidak usah resah manakala harga telur puyuh sedang rendah. Ibarat tak ada badai yang tak reda, tak ada pesta yang tak berakhir. Demikian juga pada harga telur puyuh. Biasanya, harga tidak akan terus menerus rendah. Ada berhentinya. Hingga nanti mulai merangkak naik dan naik terus. Kecuali pernah juga terjadi, kejadian luar biasa yang dianggap buruk, menimpa usaha puyuh. Yang mana harga telur puyuh terus merosot tajam, dan harga pakan terus saja naik. Tapi saya tidak mengalami kejadian itu. Karena saya waktu itu belum beternak. Mungkin sudah 10 tahunan yang lalu. Wajar jika banyak peternak yang gulung tikar. Sampai saat ini, kejadian itu tidak pernah terulang lagi. Sehingga analisa usaha secara teori, bisa diterapkan mendekati kenyataan kembali. Lantas kenapa ketika harga telur puyuh rendah, membikin kebanyakan peternak menjadi resah? Ini yang ingin saya buka sedikit di sini. Dengan pertimbangan bahwa keresahan tersebut sebenarnyalah tidak dialami semua peternak. Hanya kebetulan yang saya ketahui dan saya kenal saja. Walau ternyata hampir semua peternak puyuh begitu. Sudah saya singgung di atas, seharusnyalah tidak perlu resah. Apalagi yang beternaknya sudah bertahun-tahun. Lha wong keuntungan global dalam satu periode sudah bisa dihitung menurut kebiasaan, kenapa masih juga resah. Ada apakah? Semoga tidak termasuk membongkar aib dari peternak puyuh. Saya hanya bercerita berdasar kenyataan saja. Misteri keresahan peternak ketika harga telur puyuh sedang rendah. Misteri penyebab resah tersebut, yang sering menjadi penyebab utama adalah terkait dengan permodalan. Lho kok bisa? Ketika harga sedang tinggi, tidak menjadi masalah. Tapi ketika harga sedang rendah, tidak cuma resah, bahkan kalang kabut. Karena pemasukan pendapatan selama harga rendah, syukur-syukur bisa impas dengan pengeluaran. Lho, pengeluaran apa? Pengeluaran untuk mengangsur modal yang berasal dari kredit pinjaman bank dan semacamnya. Nah lho... Bagaimanapun dunia usaha termasuk usaha ternak puyuh, menurut saya bukanlah dunia yang serba pasti. Tapi angsuran pinjaman bank dan semacamnya, bersifat pasti. Tiap bulan harus mengangsur. Padahal keadaan usaha sering tarik ulur, mulur mungkret, tapi harus menghadapi suatu hal yang bersifat tegas dan pasti, yaitu pengembalian pinjaman modal yang tentunya berbunga. Di sinilah letak pentingnya pertimbangan sematang mungkin sebelum membuka usaha. Bagaimana permodalannya. Khusus untuk ternak puyuh, sebaiknya jangan totalitas memakai modal dari pinjaman bank. Bahkan seupama ada bunganya 0% sekalipun, saya meragukan bisa melunasi atau tidak. Jika bisa pun, pada periode selanjutnya, dimungkinkan pinjam lagi dan lagi. Kecuali... Untuk tambah modal sedikit saja dari aset bagi usaha ternak puyuh yang sudah berjalan. Atau..... Ada penghasilan lain yang menopang angsuran pengembalian modal dari pinjaman bank dan semacamnya. Keadaan yang terkait dengan permodalan itulah yang seringkali atau bahkan menjadi penyebab utama keresahan peternak ketika harga telur puyuh sedang anjlok. Yang sebenarnya tidak perlu terjadi keresahan, jika mempertimbangkan dahulu. Lihat bagaimana analisa usahanya. Perhitungkan juga mulai kapan kali pertama mendapatkan keuntungan. Terutama pada usaha ternak puyuh, jika memiara sejak umur 1 hari, maka akan mendapatkan hasil keuntungan baru setelah dua bulan kemudian. Jika total memakai modal pinjaman bank, bulan pertama dan kedua akan diangsur pakai apa? Pinjaman modal dari bank dan semacamnya, benar memang bisa menolong. Tapi tidak jarang juga bisa bikin melolong. Melolong kesakitan karena terbelit hutang dan terjerumus sangat dalam. Waspada, perhitungkan, dan pertimbangkan. Tidak usah terbujuk rayu keuntungan usaha yang besar, lantas pinjam bank. Teliti dulu sebelum menjadi realisasi. Alternatif rencana usaha, seharusnya menjadi cadangan, menjalani usaha yang bersifat tidak pasti. Salam sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H