Minggu Malam, pukul 22.45 terdengar di layar televisi , kebetulan saat itu selesai menonton LUCY, film seru yang penuh darderdor. Langsung memindahkan ke MetroTv yang sedang menayangkan pidato presiden Jokowi dalam rapat kabinetnya. Nada bicaranya keras.
"Kerja kita biasa-biasa saja. Ini kerjanya memang extraordinary! Perasaan ini tolong sama. Kita harus sama perasaannya. Tindakan-tindakan kita , keputusan dan kebijaksanaannya adalah harus suasana krisis!"
Saat ini kita sedang krisis, namun rasa itu tidak terlihat dalam keputusan dan kebijakan yang diambil para menteri presiden. Gaji para petugas kesehatan terlambat. Usaha rakyat kecil dan menengah megap-megap. Perusahaan besar mulai memecat karyawannya.
Namun keputusan yang diambil pemerintah tidak membantu meringankan beban masyarakarat. Entah itu rakyat biasa maupun para pengusaha. Malah terkesan menambah beban. Entah itu lewat PPDB yang berdasarkan umur ataupun zonasi, maupun lewat adanya keharusan memiliki SIMK jika akan bepergian.
Selama ini Presiden selalu berada di istananya. Semua pengambilan keputusan dan rapat dilakukan lewat jarak jauh. Lewat daring. Informasi yang diterima sudah pasti berasal dari laporan yang diberikan para menterinya.
Baik atau jelek, benar atau salah, semua informasi yang diterima sudah tersaring dahulu. Sehingga berita yang diterimanya benar-benar aman. Aman menurut siapa- saya tidak tahu.
"Asal untuk rakyat, asal untuk Negara, saya pertaruhkan reputasi saya. " Tegasnya.
Nah kemarin, Presiden ke Surabaya, turun blusukan. Pakai pakaian sesuai protokol kesehatan. Setelah kunjungan presiden ke Surabaya dan Banyuwangi, ternyata banyak hal yang beliau temukan. Mata elangnya melihat kenyataan dan langsung tahu apa yang harus dilakukan.
Salah satunya adalah demo para supir angkutan barang yang dipaksa melakukan rapid test. Dan setelah dipelajari olehnya langsung diputuskan bahwa masa berlaku hasil rapid test jadi 14 hari dari cuma 3 hari. Keputusan yang cepat, tepat dan sangat ditunggu para sopir di situ.
Kita merindukan blusukan beliau, agar semua informasi kesusahan yang dirasakan rakyat dijalanan dapat terlihat olehnya. Namun tidak mungkin beliau blusukan terus untuk mencari informasi di lapangan. Apa gunanya menteri, masa harus presiden terus yang terjun ke lapangan melihat kondisi rakyatnya.
Karenanya keluar ancaman: