Sore itu saya mampir ke Marunda. Sebuah kelurahan tua di ujung utara Jakarta. Sebuah kelurahan dengan jejak sejarah yang panjang. Tentang tempat larinya bang pitung dari kejaran kompeni Belanda. Dan rumahnya selama tinggal sementara.
Tentang kawasan berikat nusantara yang sibuk dan tentang rusunawa yang luas dan besar sebagai tempat tinggal masyarakat kurang mampu DKI Jakarta. Banyak kenyataan disini yang jika dipelajari dengan kepala dingin maka akan membuat kita berfikir ulang tentang sejarah.
Menurut cerita orang sini, Marunda artinya markas penundaan. Sejarahnya sebagai berikut, saat perang Fatahillah menyerang Sunda Kelapa pertama kali dan gagal dan dalam perjalanan pulang ke Cirebon beliau beristirahat di tempat ini. Tepatnya di Mesjid al-alam Marunda.
Di sini mereka semua memulihkan tenaga dan menggunakan tempat itu sebagai markasnya. Dari tempat inilah mereka kemudian menyusun rencana kembali guna merebut kota Sunda kelapa. Dan dari sinilah kemudian kota itu berhasil direbut dan diganti namanya jadi Jayakarta oleh Fatahillah.
Versi lain yaitu menurut Zaenuddin HM dalam buku 212 asal usul Djakarta tempo doeloe, mengatakan marunda berasal dari kata merendah, yang dikarenakan penduduk nya saat itu memiliki sifat rendah hati. Versi terakhir mengatakan kata marunda berasal dari nama pohon Marunda yang banyak tumbuh disekitar sini. Sejenis mangga dengan wanginya yang menyengat.
Yang terakhir lebih pas kayaknya karena hampir semua wilayah di DKI Jakarta berasal dari nama pohon atau tumbuhan, seperti bintaro, mangga besar, kebon nanas dan lain-lain.
Di Marunda kita bisa menelusuri sejarah peradaban dan asal usul kota Jakarta. Yang pertama kita kunjungi adalah rumah si Pitung. Cukup membayar tiket 5000 rupiah kita bisa langsung masuk dan melihat rumah tua bergaya Bugis yang terawatt rapih. Rumah panggung bugis ini menjadi tempat sementara Pitung saat melarikan diri dari kejaran Belanda. Jika kita cermat dengan hal ini maka kita bisa tahu sebenarnya siapa si Pitung.
Pitung lahir dan besar di Rawabelong, kelurahan sukabumi Utara sekarang. Menurut versi Belanda Pitung adalah penjahat dan perampok. Menurut versi warga Betawi pitung adalah pahlawan, soal siapa yang benar itu semua tercatat dalam sejarah. Kejadiannya di Jatinegara sekarang yaitu mester Cornelis.
Pitung merampok Haji Saipudin orang bugis yang tinggal di Marunda (Hindia Olanda , 28-6-1892) dan itu menarik perhatian komisaris polisi Van Heyne . Yang kemudian memburunya sampai mati. Legenda si Pitung sangat terkenal karena menurut masyarakat betawi Pitung punya ajian rawarontek. Suatu ilmu kanuragan yang menyebabkan dia tidak bisa mati.
Setiap kena golok atau peluru maka akan segera sembuh kembali dengan sendirinya. Kalau di tokoh komik saat ini dia adalah WOLVERINE. Tanggal 18 Oktober 1893 Pitung disergap di area kuburan Tanah Abang. Dan tertembak dadanya. Ancur remuk tulang iganya.. demikian kata koran saat itu. Tidak kebayang peluru yang bisa menghancurkan dan meremukan tulang rusuk. Jenazahnya dimakamkan sehari kemudian pada jam 5 sore. Dan kuburannya dijaga selama 1 hari 1 malam guna mencegah bangkit lagi.
Dari rumah si Pitung kita mampir ke mesjid Al- Alam Marunda. Jaraknya sekitar 500 meter. Sebetulnya sejajar dengan rumah si Pitung lokasinya, namun terhalang tembok tinggi yang melingkar. Sehingga kita perlu menyusuri jalanan kecil selebar 2 meter menuju lokasi.