Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Hantaran Lebaran di Jakarta

Diperbarui: 14 Juni 2018   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Alex Sukmana. Maaf gambarnya malah hantaran lebaran di kampung.

Tok tok tok.. Jam 3 sore hari ini seseorang  datang mengetuk pintu rumahku,  ketika dibukakan pintu tampak Ria. Gadis tetangga samping rumah berdiri  dengan wajah tersenyum membawakan satu nampan besar yang berisi teupat, opor ayam dan sayur pepaya muda. 

Sambil mengucapkan selamat idul fitri yang akan berlangsung besok harinya kami mengobrol ringan. Dan sebelum dia pulang kami pun memberikan bingkisan juga. Hantaran dengan isi yang berbeda. Hantaran orang kepepet. Paket sembako.

Di Jakarta walaupun kata orang adalah kota yang egois, namun kebiasaan ini masih ada. Mereka saling memberikan hantaran lebaran.  Hantaran menjelang lebaran biasanya berupa ketupat, opor ayam , telur , sayur pepaya muda yang dihantarkan ke tetangga tetangga terdekat. 

Kini lebih bervariasi Rantangan itu biasanya berisi ketupat , semur daging, bihun+cabe, sambel goreng kentang, dendeng ikan mujaer atau ikan mas, sayur buncis dan wortel, lodeh, rendang opor. Intinya makanan untuk berlebaran esok hari. Dan karena kami tidak bisa masak dan kurang biasa dengan kebiasaan hantaran makanan maka kami hanya bisa dengan memberikan sembako. 

Biasanya untuk tetangga kiri kanan yang kurang mampu kami memberikan kue kalengan, minyak goreng, sirop , mie instan dan terakhir gula pasir. Intinya kebutuhan pokok yang sudah pasti dipakai  dan di konsumsi oleh mereka.

Dan untuk orang tua dan sesepuh akan plus amplop beserta isinya. Jika dia kurang mampu biasanya diberikan zakat fitriah sekalian. 

Lebaran adalah saat berbagi kebahagiaan.  Saat paling tepat menjalin dan menjaga silaturahmi di antara manusia. Umat muslim pada khususnya. Disaat ini kenikmatan dan rezeki yang kita terima adalah milik mereka juga yang tidak dan kurang beruntung. Dan itulah fungsi kita sebagai mahluk sosial. 

Kita harus lihat ke kiri ke kanan. Ke atas ke bawah. Tidak menggunakan  kacamata kuda. Yang melihat hanya pada satu arah. Semoga kebudayaan dan kebiasaan ini akan terus berlanjut. Menjalin silaturahmi dan persaudaraan dengan tetangga  akan membuat kita panjang umur dan aman.

Dengan kebiasaan ini kami akan saling menjaga entah itu kesehatan maupun keamanan kita.  bila esok hari kita mudik kita akan tenang, property kita  saat kita pergi meninggalkan rumah untuk mudik akan ada yang mengawasinya. Tetangga adalah orang yang pertama tahu jika kita ada masalah. Dan biasanya mereka adalah orang pertama yang akan menolong kita.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline