Lihat ke Halaman Asli

Karma "Sahur on The Road"

Diperbarui: 5 Juni 2018   01:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock.com

Hari ini melewati jalan margonda depok, jawa Barat. Nampak di sepanjang jalan dekat margo city toko-toko makanan penuh. Beberapa buka sampai pagi. Beberapa warung dengan format lesehan berjejer rapih di pinggir jalan. Ngampar makannya, dengan harga mahasiswa, Rp 5000 satu porsi nasi uduk.. harga yang sangat terjangkau.

Warung dan restoran ini menu dan sajiannya khusus anak-anak muda.  Karena target passarnya adalah mahasiswa yang tinggal di sekitar universitas Indonesia dan universitas gunadarma.

Jumlah mahasiswa yang tinggal disekitar ini sangat banyak  dan mereka jarang yang masak sendiri. Apalagi tugas-tugas kuliah lebih sering dikerjakan malam hari sehingga mereka begadang dan mengerjakan tugasnyaa sampai pagi. Mereka perlu makan malam untuk menambah energinya juga untuk sahur  puasa besok hari. Dan dari sinilah sebetulnya awal dari sahur on the road sebenarnya berasal.

Mereka keliling mencari makan untuk ssahur, juga mengatasi kejenuhan setelah mengerjakan tugas kuliah. Ada makanan yang dimakan langsung dilokasi .. ini yang namanya sahur on the road. Ada yang dibawa dan dimakan di kos-kosannya.

Namun seiring berjalannya waktu sahur on the road berubah maknanya.. sekarang lebih kepada hura-hura malam hari. Nongkrong di pinggir jalan, menggoda yang lewat. Dan jika yang digoda meladeni maka akan terjadilah duel dan tawuran. Energy tersalurkan sudah.. jiwa muda bergelora rindu pengakuan. Eksis habis dengan petantang petenteng  gagah perkasa. Saat ini sahur on the road adalah juga ajang unjuk gigi para pemuda yang kelebihan energy. Mereka perlu  mengeluarkan setan dalam dirinya. Entah itu dengan berantem atau dengan corat-coret tembok underpass mampang, vandalisme. 

Mereka yang berpuasa selalu tidur di siang hari dan segar bugar di malam hari. Bingung dengan energinya.. mau dikemanakan energy besar mereka. Akhirnya keliling jalanan ibukota sambil membawa golok dan sangkur bikin onar dan tawuran. Mereka yang menahan dirinya dan nafsunya di siang hari akhirnya melepaskan setan dalam dirinya di malam hari.

Kejadian tawuran di hari minggu 2 juni 2018 dini hari sampai subuh (detik.com) terjadi di jalan saharjo tebet dan depan SMK Penerbaangan kebayoran baru adalah para pelaku sahur on the road. Juga yang terjadi di hari minggu 2 juni 2018 di jalan merdeka barat Jakarta pusat.  Juga ada lagi dir el kereta api Cempaka sunter agung tanjung priok Jakarta Utara.

Hidup di kota yang canggih dengan gadged  lama-lama membosankan, anak-anak muda rindu kegiatan luar. Dan akhirnya mereka iseng keliling jalanan. Entah dengan motor atau jalan kaki. Dan disaat lelah mereka duduk di pinggir jalan. Dia atas trotoar.

Melamun dan nongkrong di pinggir jalan saat sahur  bersama-teman-teman memang mengasyikan. Memandang langit gelap  atau Cuma melihat kendaraan lalu lalang. Namun setan dari dalam tubuh harus dijaga.. meleng sedikit saja. Tangan kanan mengambil batu kecil dan melemparnya ke pengendara motor. Iseng itu bisa membunuhmu.

Apakah sahur on the road perlu dilarang? Jawabannya tidak. Para mahasiswa sangat memerlukan sahur on the road. Karenanya diperlukan orang tua untuk mengawasi anaknya agar tidak keluyuran di malam hari. Atau ajarkan cara melampiaskan energinya entah dengan itikaf di mesjid atau kegiatan bermanfaat lainnya.  Ajarkan untuk menghormati hak orang. Ajarkan bahwa setiap aksi akan membawa akibat. Hukum karma berlaku. Berbuat baik menghasilkan kebaikan. Dan orang jahat berakhir di penjara. Membusuk mereka disana.. selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline