Lihat ke Halaman Asli

Diam Itu Jahat

Diperbarui: 31 Mei 2018   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyusuri jalanan dari Jakarta sampai ke cabang bungin yang sepi. Suatu wilayah nun jauh di utara bekasi dekat laut jawa.

Saat itu cuaca cerah dengan angin bertiup lembut. Membuat kantuk menyerang di siang hari yang panas . setelah melewati kantor desa swtia laksana yang sepi karena sudah tutup kantor, saya menepikan sepeda motor pada sebuah mesjid. Mesjid yang sederhana namun mewah untuk ukuran mesjid desa.

Mengambil air wudlu dan langsung melaksanakan shalat duhur.  Melaporkan keluh kesah kepadanya dalam sujud. Mengharapkan berkah dalam usaha ini dalam duduk.

Mesjid yang rapih dengan ventilasi yang baik. Lantainya keramik. Jam dinding bulat dan bessar. Dengan asesoris kaligrafi di sekeliling dindingnya. Catnya baru.  Wanginya masih tercium.  Saat ini Alhamdulillah, hampir setiap mesjid yang berada di pinggir jalan utama terlihat bersih, rapih, terawatt dan cantik.  Suatu tanda bahwa kita sudah makmur. Sudah mancapai kemajuan yang sangat berarti. Sudah jarang ditemui mesjid dengan dinding kusam dengan atap yang seadanya ataupun keramik lantai ukuran 20X20 cm. Selalu mesjid yang kutemui minimal ukuran keramiknya 60x60 cm. Standar baru dalam sebuah mesjid di Bekasi saya rasa. Rata-rata cantik dan megah bentuknya walaupun ukuran mesjidnya kecil.

Sambil duduk melepas lelah sang marbot mesjid menghampiri saya.

Darimana pak?

Dari Jakarta pak.

Sedang bekerja ya pak? Sebagai apa?

Ooh.. saya dari suatu lembaga survey sedang melakukan studi di daerah sini pak.

Tentang apa ya pak?

Tentang politik pak, kejadian Indonesia saat ini. Bapak suka dengan politik ga pak?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline