Lihat ke Halaman Asli

Ketika Bisnis Logistik Bertemu Teknologi, Lahirlah "Pakeeeet!"

Diperbarui: 24 Desember 2019   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

detail tracking system ala J&T (dok. pribadi)

Sore itu, saya sedang menyeruput kopi bersama Bapak sambil menonton pertandingan pekan terakhir Liga 1 lewat layar televisi. Selang tak berapa lama, suara motor terdengar makin keras mendekati rumah kami yang bersambung dengan sapaan paling khas. "Pakeeeet!"

Saya bergegas keluar menemui asal suara itu. Namun bukannya malah memberikan paket, petugas ekspedisi tersebut justru hendak mencari bapak saya yang belum lama ini dilantik menjadi ketua RT.

Rupanya ia ingin mengantar suatu paket berlabel "Penting", namun tak dapat menjumpai seorang pun pada alamat rumah yang dituju. Maka bergeraklah ia menuju rumah pak RT berdasar saran dari para tetangga disana.

Saya pun masuk kembali ke dalam rumah. Adapun lewat pembicaraan yang terdengar sampai ke dalam, nampaknya paket itu dibawa kembali oleh si petugas setelah bapak saya mengonfirmasi si pemilik rumah lewat telepon.

Industri logistik memang mengalami pertumbuhan yang amat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pemicunya, tentu saja bisnis e-commerce yang semakin menjamur di Indonesia. Kehadiran mereka ibarat oase ditengah kelesuan industri logistik pada awal dekade 2010an.

Sebelum e-commerce hadir, suatu barang perlu melewati tahapan rantai pasok yang cukup panjang agar bisa sampai di tangan konsumen. Tahapan panjang tersebut kemudian dipotong berkat disrupsi teknologi. Menyisakan satu rantai utama yang dioptimalkan secara masif oleh industri logistik.

Alhasil semakin pesatnya e-commerce berarti semakin tinggi juga volume dan frekuensi aliran barang pada rantai utama tersebut. Menghasilkan industri logistik yang jauh lebih bergairah daripada sebelumnya.

Karenanya, tidak heran jika Supply Chain Indonesia (SCI) optimis menakar pertumbuhan industri logistik masih dapat melebihi angka 11% pada tahun 2020. Padahal industri makanan dan minuman yang menjadi andalan utama Kemenperin mulai terengah-engah dalam mencapai target 8% yang dibebankan di tahun 2019.

Masalahnya, jumlah pemain di industri logistik ini semakin banyak. Startup logistik dari luar negeri pun sedang bersiap memasuki pasar dalam negeri berkat keunggulan teknologi. Lantas siapakah pemain yang masih sanggup bertahan lama di sektor yang satu ini?

"Pakeeeet!"

Suara khas itu lagi-lagi membuyarkan perhatian saya. Bergegaslah saya menemui petugas paket dengan kantong besar yang diletakkan di bagian tengah motornya itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline