Lihat ke Halaman Asli

Putu Sutawijaya “ Lulusan akademis seni rupa belum ada jaminan untuk sukses “

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1290451784476140122

[caption id="attachment_74291" align="alignleft" width="341" caption="putu sutawijaya"][/caption] Pria kelahiran Angseri,Bali terlihat sangat energik dan nampak “muda” walaupun sudah berumur hampir kepala empat puluh.Eksistensi dan prestasinya pada bidang seni rupa Indonesia sudah mengiang ke seluruh penjuru dunia serta memberi arti akan gerak seni rupa Indonesia.Putu Sutawijaya yang terkenal dengan eksplorasi gerak tubuh manusia sebagai objek utama lukisannya,merasa bahwa hal tersebut mempengaruhi seluruh detak dan nafas hidupnya,dimulai dari ekspresi,gerak tari,refleksi musik,meditasi dan pengalaman hidupnya,semuanya menyatu menjadi satu dan dia provokasikan dalam karya seninya,yang kita tahu sudah menjadi tamu tetap dalam beberapa lembaga lelang dunia.

Pria berkulit sawo matang ini hampir tujuh tahun mengenyam pendidikan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dimulai sekitar awal tahun 1991.seringnya mengikuti pameran bersama di beberapa negara seperti pada tahun 2009 di gelaran 2D to 3D di Sin-Sin Fine Art Hongkong,Pameran solonya di Beijing pada tahun 2008 bertajuk “Main Mountain,CIGE,Beijing,China membuat namanya terus berkibar di kancah Seni Rupa International.Hal ini juga yang sempat membuat beberapa Media International tertarik untuk meliriknya menjadi top topik,seperti yang terjadi pada media Daman Magazine dan Fortune Magazine sempat menampilkan dirinya pada covernya.

Menurut Putu ketika ditanyakan mengenai dinamika Seni Rupa Indonesia,dirinya menuturkan “ Seni Rupa Indonesia masih panjang,ibarat belantara yang masih terbuka luas,bisa diisi oleh siapa saja,bekerjasama saling mendukung.Yang kurang ya diisi yang berlebih ya berbagi.”

Baginya sebuah lukisan juga harus mengandung sisi-sisi kehidupan di masing-masing era jaman untuk bisa abadi seperti yang terjadi pada basuki abdullah,Raden saleh,Affandi.Dan dirinya juga masih merasa belum memiliki suatu karya yang bisa disebut Masterpiece.”Saya belum punya karya Masterpiece mas,sama seperti teman lainnya,masih proses.”terang putu.

Bagi putu makna dari sebuah Idealisme Karya lukisan adalah sesuatu hal yang ideal dalam hidupnya.”Idealis bagi saya ya artinya idealnya kita hidup dari lukisan,makan dari hasil lukisan,kalau persoalan isme itu kan hanya bagian dari pengkotakannya saja.”ucap putu.

Ketika disinggung soal penjiplakan/plagiat atas karya seninya yang banyak di temui di pasar seni hampir diseluruh kota Bali,seperti di Sukowati,Putu hanya tertawa dan berkomentar,”Saya hormat sama para tukang gambar,knapa? Karena mereka sebenarnya memiliki potensi yang hebat,bisa mempelajari karakter lukisan,artinya secara teknis seni rupa mereka juga menguasai,sayangnya tidak di gunakan untuk menciptakan jati dirinya sendiri dalam pembuatan lukisan.dan knapa tukang gambar bukannya pelukis? Ya itu tadi karena seringnya copy paste karya orang lain,maka lebih paslah disebut tukang gambar.” Tutur putu

Menurut putu,para pelukis yang bermain di koridor otodidak,baginya mereka itu juga tidak kalah dengan para akademisi,bedanya mereka kurang terarah saja,justru yang menjadi “pr” bagi para akademisi adalah masih dibutuhkannya proses panjang lagi ketika mereka lulus dari institusi atau universitas,dengan memanfaatkan jaringan sosial diharapkan juga bisa lebih “survive” dan mempertaruhkan hidupnya untuk bagaimana menjadi seniman yang bertanggung jawab kepada karyanya,setia pada profesi,kesabaran akan menghasilkan penghargaan nantinya,baik yang materi atau non materi.Karena lulusan akademis belum ada jaminan untuk sukses.

“alat ukur untuk kemampuan kita setiap hari dalam berkarya ya karya seni kita sendiri,sebagai pekerja seni itu memang berat,dituntut memberikan kualitas terbaik,konsisten berkarya,sabar,dan sesekali seniman itu juga harus mampu memberikan denyut provokasi pasar sebagai ide kreatif mengkomersilkan diri dan karya seninya.”ucap putu sutawijaya kepada arief di galerinya yang megah di bilangan nitiprayan yogyakarta yang diberi label Sangkring Art Space Gallery.(aw)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline