Lihat ke Halaman Asli

Kemurnian Versus Identitas Sang Pencipta

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beraneka ragam budaya dan tentunya juga menjamin kebebasan untuk memeluk suatu agama tertentu. Yang kita ketahui negara kita telah mencatat adanya agama islam,kristen katolik & protestan,hindu,budha,dan kepercayaan. Fakta hari ini,dari yang saya temui ketika saya sedang di bali, adanya kecenderungan tumbuhnya suatu keyakinan yang mungkin juga tidak baru namun belum begitu populer di masyarakat Indonesia. Yaitu adanya keyakinan kembali ke kemurnian ketuhanan berdasarkan satu tuhan,dan kasih sayang. ajaran atau keyakinan ini mungkin sudah bercokol kuat di wilayah India,Nepal. Tentunya ajaran ini menyusup melalui koridor hindu,untuk di Indonesia sudah pasti penyebaran tersubur ada di wlayah pemeluk hindu terbanyak,dimana kalau tidak di pulau bali. Disisi lain juga ada kejadian serupa yang menyusup di koridor budha,yaitu adanya ajaran kembali ke esensi dasar manusia untuk saling mengasihi dan hanya kembali pada satu tuhan/universality,ajaran ini telah masuk pada budaya orang tionghwa/cina yang kita cermati telah diberantas habis di negara cina oleh rejim komunis cina,kita pahami karna paham komunis tidak percaya adanya tuhan. Peristiwa itu terjadi sekitar awal 90an dan keos/chaos pada sekitar 1998 s/d 1999 dan mendapat perhatian dunia saat itu karna adanya penangkapan,penyiksaan serta di duga adanya konspirasi tingkat tinggi di pemerintahan dalam program transplantasi organ yang telah di release berasal dari organ para narapidana namun faktanya adalah dari ribuan tubuh para penganut ajaran kemurniaan ketuhanan itu. Saya sempat berpikir sendiri di dalam kamar saya,baik..anggap saja kita kembali ke kemurnian ketuhanan mungkin tak ubahnya sama ketika manusia baru di ciptakan di muka bumi yang belum mengenal,mengetahui keberadaan tuhan dan manifestasinya atau identitasnya,ya kita tahu kalau di Islam,orang islam mengenal tuhannya dan namanya adalah Allah Swt,ketika merujuk pada kembali ke kemurnian universal,saya sempat bingung,bukankah ini akan menjadi status identitas tuhan semakin abstrak sama ketika manusia baru turun dan di ciptakan di muka bumi ini,yang sempat mengira matahari adalah tuhannya,atau mengira api adalah tuhannya,belum lagi praktek berhala dan sebagainya akibat belum ketemu pada satu titik atau fase tentang tuhan itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline