Lihat ke Halaman Asli

Menggejar Omset

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawanku bercerita rencana dia mengembangkan bisnisnya.Untuk memantapkannya, ia tak segam menargetkan barang mewah, sampai pergi ke mekah.Targetannya tidak kurang dari lima tahun.Tiap tahun ada perkembangan dan semakin naik.Bergitulah yang ia ceritakan.Salah? Tidak.Ia juga mengerti agama lebih daripada aku.Memang Islam tidak mengharamkan mencari harta.Semakin kamu kaya, semakin banyak pahala dari sodakoh, dan zakat yang dikeluarkan kan.
Tidak sekali ia bercerita tentang keinginannya untuk mendapatkan rizkui yang lebih.Kalau tidak salah sebulan yang lalu, ia berdoka untuk mendapatkan rizki yang berlipat dari biasanya.Keyakinanku allah mengabulakan doanya karena ia orang yang taat beribadah.
Ia memang pebisnis unggul.Rizki yang ia ceritakan lebih dari uang bulananku yang belum bekerja.Mungkin juga lebih dari orangtuaku yang harus menanggung kebutuhan sana-sini termasuk mensekolahkan kedua anaknya di Universitas.Ia sukses seperti harapan kebanyakan orang.
Namun, temanku bukan hanya dia.Ada satu lagi temanku.Ia tidak mencerminkan seorang yang memiliki pemahaman agama yang tinggi.Ia tidak pernah menempel sesuatu berbau islam dalam foto profil, atau media sosialnya.Tapi, sepertinya ia masih menjalankan soholat dan puasa.Temanku yang kedua sama-sama bekerja.Sama-sama memimpikan omset yang tinggi seperti temanku yang pertama.Namun, ia tak pernah bercerita ingin hartanya bertambah atau pergi naik haji.
Ia pernah bercerita ia menyisihkan sebagian penghasilan selama satu tahun untuk menerbitkan sebuah buku karya kelas menulis yang ia rintis.Ia mencari akal agar buku hasil karya teman-teman kelas menulisnya dibagikan secara gratis. Ia pun tidak ingin membebani murid kelas menulis yang masih remaja dan sekolah.
Ada kebanggaan dari raut mukanya saat ia membagikan buku, dan berkata “Silahkan, ini gratis”.Tak pernah ia bercerita targetan barang mewah yang ingin ia beli di tahun depan. Meski setiap manusia pasti berhasrat untuk memiliki barang mewah.
Aku mengenal kedua teman ku sama-sama aktivis.Sama-sama ingin membentuk masyarakat terbaik yang pernah ada.Meraka pun sama-sama mencari materi untuk kelangsungan hidup.
Mereka sama-sama menonjolkan cerita disatu bidang dan menyimpan satu bidang lain.Tapi berbeda antara harta dan pemberdayaan.Ada yang dominan dan yang tidak.Semoga seperti itu, tidak ada yang hilang salah satunya.Itupun semoga saja.
Semoga saja aku tidak salah, karena aku paling takut kalau berdebat masalah mencari harta dengan orang yang beragama.Aku tak mengerti dalil, apalagi ayat suci. Pasti mereka menganggap apa yang dilakukan adalah bagian dari ibadah dan mengharapkan ridho dari allah.Jadi aku tak berani panjang lebar membahas temanku yang lebih memahami agama daripada aku.Barangkali aku salah dan dianggap berdosa bahkan keluar dari agama, bisa repot juga.
Lebih baik berbicara tentang temanku yang tidak menargetkan harta.Banyak temanku seperti itu.Kegiatan mereka bisa dilihat dari isi media sosialnya.Memang tidak banyak bercerita tentang bersukur karena rizki yang didapat, atau sedang menaiki kereta kelas bisnis. Mereka bercerita kegiatan yang yang mereka lakukan. Tentang perkembangan mereka yang sedang membangun masyarakat yang mereka inginkan.
Meskipun aku anggap pemahaman agamaku buruk, dan entah allah memperhitungkan doaku atau tidak. Aku berdoa untuk teman-temanku yang tidak sempat bercerita tentang targetan hartanya.Semoga mereka mendapatkan rizki yang berlimpah agar kegiatan yang mereka lakukan bisa berjalan dengan mudah.Amin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline