Lihat ke Halaman Asli

Arief Hakim

Peneliti independen

Kawah Ijen, Panduan untuk Para Backpacker

Diperbarui: 12 Januari 2023   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1393499011912816954


Berikut ini kami bagikan pengalaman berwisata hemat ke Kawah Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Berangkat dari Yogyakarta dengan rombongan berjumlah 11 orang yang terdiri dari 4 cowok dan 7 cewek.


Hari I

Rute

Moda transportasi

Ongkos 

Waktu

Yogyakarta (St. Lempuyangan) -  Banyuwangi (St. Karangasem)

KA. Sri Tanjung

Rp. 95.000/org

07:45 – 21:00


Perjalanan kami hari itu berakhir di St. Karangasem, sementara KA. Sri Tanjung meneruskan perjalanan ke stasiun terakhir, St. Banyuwangi Baru. Sesuai rencana, kami akan berangkat ke Pal Tuding esok hari dengan menggunakan truk pengangkut belerang PT Candi Ngrimbi dari Desa Tamansari, Kec. Licin yang berjarak setengah jam dari St. Karangasem menggunakan angkot. Malam itu kami bermalam di sekitaran stasiun untuk menghemat biaya. Bila anda tidak terbiasa tidur di emperan, ada penginapan ala kadarnya di depan stasiun dengan tarif Rp. 5.000/orang. Jangan dibayangkan ada kasur dan kipas angin serta kamar mandi dalam. Penginapan yang dimaksud hanya ruangan kosong yang dialasi karpet dengan kamar mandi umum. Penginapan tersebut agak susah dikenali dari luar. Bila anda keluar dari stasiun, maka pandangan akan lurus tertuju pada toko swalayan kecil, pemilik toko itulah yang menyediakan jasa penginapan yang dimaksud.

Untuk perkara makan, anda bisa membeli makan di warung Bu Saleh, beliau buka mulai pukul 04:00 hingga tutup pukul 23:00. Harga yang ditawarkan sangat murah tanpa menurunkan kualitas rasa dan kebersihan makanannya. Lokasinya bersebelahan dengan toko swalayan kecil yang telah dijelaskan di atas. Beliau juga sempat menawarkan kepada kami untuk menginap di toko kontrakan beliau yang masih kosong dengan ongkos Rp. 5.000/orang.


Hari II

Rute

Moda transportasi

Ongkos 

Waktu

St. Karangasem – PT Candi Ngrimbi

Angkot kuning

Rp. 20.000/org

05:30 – 06:00

PT Candi Ngrimbi – Pal Tuding

Truk belerang

Rp. 10.000/org

07:30 – 09:00


Hari sebelumnya kami telah membuat kesepakatan dengan sopir angkutan yang banyak mangkal di St. Karangasem untuk mengantar ke kantor PT. Candi Ngrimbi. Harga yang disepakati adalah Rp. 20.000/orang, karena tidak tahu seberapa jauh jarak yang akan ditempuh, harga tersebut tidak banyak kami permasalahkan. Belakangan kami mendapat rekomendasi dari warga sekitar mengenai ongkos yang ideal adalah kisaran Rp. 10.000 – Rp. 15.000/orang. Kami rekomendasikan untuk tidak membayar lebih dari Rp. 15.000/orang, tentunya dengan melihat jumlah rombongan anda. Banyak tulisan di travel blog menyarankan para backpacker menggunakan angkutan reguler dari Terminal Sasakperot yang berjarak 300m dari St. Karangasem. Hal itu sudah tidak dapat dilakukan karena trayek tersebut telah ditutup akibat sepinya penumpang. Sopir angkot menawarkan kami untuk diantar pada malam hari ke kantor PT Candi Ngrimbi dan bermalam di sana, namun kami tetap pada rencana semula tidur di sekitaran stasiun untuk kemudahan mengakses warung makan.

Perjalanan berlanjut menggunakan truk belerang yang berangkat kurang lebih pukul 07:00. Dalam satu hari ada dua truk yang berangkat menuju Pal Tuding, keberangkat pagi dan keberangkatan siang sekitar jam 12:00. Hari jum’at aktifitas penambangan libur sehingga tidak ada truk yang naik turun Tamansari – Pal Tuding. Sedangkan jadwal truk turun dari Pal Tuding ke kantor PT Candi Ngrimbi adalah pukul 11:00 dan pukul 16:00. Truk keberangkatan pagi yang kami tumpangi penuh dengan penambang belerang. Tidak ada tarif resmi yang ditetapkan oleh sopir truk, namun banyak referensi yang menyarankan untuk memberikan uang Rp. 5.000/orang. Ongkos yang harus kami bayarkan pada saat itu adalah Rp. 10.000/orang karena dikoordinir oleh salah seorang penambang. Kami rekomendasikan kepada anda untuk langsung membayar ke sopir truk sebelum berangkat agar mendapatkan harga yang lebih murah.

Sebelum pukul 10:00 rombongan kami telah tiba di pos muat belerang di Pal Tuding. Pos ini berjarak 100 meter dari pos perijinan pendakian Kawah Ijen. Ada beberapa warung yang menyediakan makanan murah di wilayah ini, jauh lebih murah dari harga makanan di warung-warung sekitar pos perijinan. Warung di sekitar pos muat belerang lebih unggul dari segi porsi, namun sayangnya hanya buka di siang hari. Untuk warung yang buka hingga malam hari, bahkan 24 jam, ada warung Bu Im di dekat pos lapor Pal Tuding. Warung tersebut sudah sangat terkenal di dunia maya karena biasa dijadikan tempat trasnsit pengunjung yang tidak mendirikani tenda namun berencana mendaki dini hari.

Biaya tiket masuk kawasan Taman Wisata Kawah Ijen hanya Rp. 2.000/orang, ditambah biaya pengambilan gambar Rp. 3.000. Kami mendirikan tenda di camping ground yang luas. Air bersih telah tersedia di kamar mandi umum dengan kualitas cukup baik hasil usaha pemerintah daerah melakukan pipanisasi dari mataair terdekat. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika pengunjung harus mandi di sungai yang berjarak setengah kilometer dari Pal Tuding.


Hari III

Rute

Moda transportasi

Ongkos 

Waktu

Pal Tuding – Danau Kawah

Jalan kaki

Rp.0/org

02:00 – 05:00

Danau Kawah – Pal Tuding

Jalan kaki

Rp.0/org

06:30 – 08:30

Pal Tuding – PT Candi Ngrimbi

Truk belerang

Rp. 5.000-/org

11:30 – 12:30

PT Candi Ngrimbi – St. Karangasem

Angkot kuning

Rp. 15.000-/org

13:00 – 13.30


Pukul 1:30 dini hari kami bersiap melakukan pendakian yang diperkirakan menghabiskan waktu 3 jam. Bekal yang dibawa hanya makanan ringan, air bersih (agak banyak, soalnya untuk wudhu), sleeping bag untuk keadaan darurat, dan kompor. Sisa perlengkapan kami tinggalkan di dalam tenda. Cukup aman meninggalkan tenda di camping ground, begitulah penuturan petugas pengelola.

1.5 jam berjalan dengan  medan menanjak, kami tiba di Pondok Bunder, sebuah pondok penimbangan belerang yang cukup ramai. Dari Pondok Bunder, perjalanan ke bibir kawah hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit dengan kondisi medan cenderung datar. Untuk mencapai danau kawah, perjalanan masih harus menuruni dinding kawah yang menghabiskan waktu 30 – 45 menit. Sebelum matahari terbit kami telah tiba di dasar kawah dan menyaksikan fenomena api biru.

Api biru akan terlihat ketika hari gelap, sehingga banyak orang mendaki dini hari dengan harapan sebelum matahari terbit telah sampai di dasar kawah. Anda juga bisa mendaki sore hari dan  menyaksikan api biru setelah matahari terbenam. Cara kedua lebih menguntungkan karena anda akan mendapatkan pemandangan matahari terbenam. Sedangkan cara pertama tidak memberikan pemandangan matahari terbit karena pandangan ke arah timur terhalang Gunung Merapi. Waktu kunjungan terbaik adalah bulan Juni – September atau saat musim kemarau. Dinding kawah sangat rentan longsor di musim hujan. Saat menuruni tebing kawah, terdengar suara gemuruh yang kami kira gunung berapi Ijen erupsi, ternyata ada tebing yang longsor.

Waspadai arah angin yang akan membawa asap belerang pekat kepada anda. Sangat berbahaya apabila kita menghirupnya dalam jumlah besar. Masker wajib dibawa dan kadang harus dibasahi untuk bisa mengurangi kuatnya aroma belerang. Menurut informasi dari penambang, berada di tepi danau kawah (ada semacam gubuk penambang) lebih aman dari sergapan gas belerang. Perhatikan warna bebatuan di sekitar anda, apabila terlapisi belerang (berwarna kuning) maka daerah tersebut sering dilewati gas belerang.

Saat berada di jalur pendakian, selalu berikan kesempatan penambang untuk menyalip atau lewat sehingga tidak mengganggu ritme kerja mereka, terlebih ketika mereka sedang memikul belerang yang beratnya sekitar 70 kg. Apabila hendak mengambil foto aktifitas penambang, ambillah dari jarak yang agak jauh. Beberapa penambang akan menawarkan souvenir berupa belerang yang dicetak dalam bentuk karakter tertentu, belilah sekedar untuk menambah penghasilan mereka. Ingat, satu kilogram belerang yang berhasil mereka bawa turun hanya dihargai Rp. 800.

Perjalanan turun ke Pal Tuding hanya menghabiskan waktu kurang dari 2 jam, mungkin karena kami sudah sangat merindukan toilet. Di atas tidak ada kamar mandi tertutup atau semacamnya. Selesai membongkar tenda dan berkemas, kami bergeser ke pondok muat belerang karena truk yang sedang memuat belerang akan segera turun pukul 11:00. Truk kedua akan datang sekitar pukul 14:00 dan turun pukul 16:00.

Pada perjalanan turun, kami dapat menghemat ongkos menumpang hingga akhirnya hanya membayar Rp. 60.000 untuk 11 orang. Harga yang kami dapat dari sopir truk hanya Rp. 5.000/orang. Tiba di kantor PT Candi Ngrimbi, kami langsung mengontak sopir angkot kuning untuk segera menjemput dan mengantarkan kami ke St. Karangasem. Ingat, tidak ada angkutan regular yang melayani trayek Tamansari – Terminal Sasakperot. Tarif angkot berhasil kami turunkan menjadi Rp. 15.000/orang.

Belum terlalu sore kami sudah tiba di St. Karangasem dan langsung memburu warung makan, warung siapa lagi kalo bukan Warung Bu Saleh. KA Sri Tanjung baru akan berangkat besok pagi sehingga kami harus menunggu satu malam lagi. Setelah bebersih diri dan memuaskan nafsu perut, muncul ide untuk sekedar menumpang toilet di Bali. Jadilah kami membeli tiket KA Pandanwangi seharga Rp. 4.000/orang yang berangkat pukul 16:30 dengan tujuan St. Banyuwangi Baru. Kami akan naik KA Sri Tanjung esok hari dari St. Banyuwangi Baru setelah malamnya jalan-jalan sebentar ke Bali. Jangan bayangkan kami menyaksikan sunset di Pantai Kuta atau berbelanja di Pasar Sukowati. Bali yang kami maksud adalah Pelabuhan Gilimanuk yang berjarak 1 jam penyeberangan dengan harga tiket Rp. 6.500/orang dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Jarak St. Banyuwangi Baru dengan Pelabuhan Ketapang hanya beberapa ratus meter, jalan kaki pun tidak sampai mengeluakan keringat. Setelah merapat di Bali, kami hanya ke toilet sebentar sedikit foto-foto, dan kembali menyeberang ke Jawa, hanya itu…


Hari IV

Rute

Moda transportasi

Ongkos 

Waktu

Banyuwangi (St. Banyuwangi Baru) - Yogyakarta (St. Lempuyangan) 

KA. Sri Tanjung

Rp. 95.000/org

06:30 – 20:00


Pukul 04:00, penumpang kereta api kedatangan pertama di St. Banyuwangi Baru akan segera tiba dan pintu keluar stasiun tempat kami ngemper harus segera dikosongkan. Sekedar cuci muka di masjid terdekat sekaligus menunaikan sholat subuh, kami segera bersiap. Penumpang KA. Sri Tanjung akan dipersilahkan masuk ruang tunggu pukul 06:00. Belum sempat sarapan, kami telah melaju di dalam kereta menuju Yogyakarta sambil menikmati pemandangan pagi itu. /Hkm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline