Lihat ke Halaman Asli

UAN-ku Sayang, Hasilku Malang

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

JAKARTA, KOMPAS.com — Ujian nasional yang hasilnya diumumkan pada Senin (26/4/2010) kemarin mengejutkan banyak pihak, terutama orangtua siswa, guru, kepala sekolah, dan siswa yang bersangkutan. Ini antara lain disebabkan meningkatnya jumlah siswa yang tidak lulus.

Daerah yang paling banyak siswanya tidak lulus dan harus mengulang ujian nasional (UN) adalah Nusa Tenggara Timur sebanyak 18.333 orang, Jawa Tengah 13.914 orang, Nusa Tenggara Barat 9.086 orang, dan Sulawesi Selatan 8.451 orang.

(Dikutip dari kompasiana.com, Selasa, 27 April 2010 | 10:06 WIB)
Astagfirullah...

Itu kata yang pertama kali terucap dari mulut saya. Saya sungguh prihatin saat mengetahui "hasil" UAN yang sangat mengejutkan dan mengecewakan.  Ini bukan pertama kali peristiwa ini terjadi.  Sang "predator" ulung yang muncul pada tingkat akhir, UAN, memang menjadi momok bagi setiap murid senior, yaitu murid kelas 3 SMP/SMA.

Bayangkan saja, nasib mereka di sekolah menengah seperti itu hanya dipertaruhkan dalam waktu lima hari untuk tiga tahun.  Masih untung soal-soalnya masih "sesuai" dengan kondisi pendidikan di Indonesia. Maksudnya, soal itu dibuat dengan bobot yang sama. Ada satu soal yang bobotnya berat sebelah, yaitu Bahasa Indonesia untuk SMA/sederajat. Dalam soal bahasa Indonesia, tipe B lebih susah daripada tipe A. Itu, kan, merugikan siswa yang mendapat soal tersebut. Ada pula soal yang sama sekali tidak keluar dari SKL, yaitu Biologi. Menurut murid-murid saya, mereka merasa bahwa soal Biologi itu tidak keluar dari SKL yang diberikan oleh gurunya. Tentu saja SKL itu berasal dari Dinas, bukan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline