Lihat ke Halaman Asli

Arie Wibowo Khurniawan

Pemerhati School Governance | Penulis Kebijakan Pendidikan Kejuruan | Pengkaji Pendidikan Vokasi | Motivator Spirit Qolbu

One SMK-One Product

Diperbarui: 4 Mei 2020   07:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap Sekolah Menengah Kejuaran (SMK) harus memiliki hasrat untuk mengembangkan dan menghasilkan produk unggulan masing-masing agar memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Kondisi saat ini pemanfaatan produk hasil pasca praktek siswa SMK hanya dua opsi kemungkinan yaitu (1) dibuang sebagai bahan habis pakai, dan/atau (2) dijual yang akhirnya menjadi pendapatan sekolah untuk membeli bahan praktek kembali. 

Dari 2 (dua) opsi kemungkinan tersebut, maka opsi ke-2 merupakan opsi terbaik. Oleh karena itu project work dalam praktek siswa SMK harus dirancang dalam sebuah sistem menghasilkan satu produk inovasi dan bermanfaat yang utuh dalam bentuk modular.

Desain produk yang akan menjadi output dari suatu praktek siswa SMK sebaiknya mengadopsi pendapat Dr. Morihiko dari Jepang yang menyatakan bawah produk unggulan setidaknya memiliki tiga prinsip utama. 

Pertama, Local yet Global yang bermakna menghasilkan produk atau jasa yang bernilai lokal dan dapat diterima secara global, dilaksanakan dengan cara meningkatkan kualitas produk melalui proses pelatihan teknis peningkatan mutu produksi dan desain. 

Kedua, Self reliance and creativity yang bermakna memanfaatkan potensi yang dimiliki secara kreatif. Ketiga, Human resource Development memiliki makna mengembangkan kapasitas dan kompetensi agar memiliki semangat untuk kreatif dan mampu menghadapi berbagai tantangan perkembangan zaman.

Pemanfaat produk hasil praktek siswa SMK dapat difungskan sebagai identitas khas/icon sekolah. Oleh karena itu gerakan branding "One SMK-One Product" sangat mungkin dapat dilakukan di SMK. 

Gagasan branding tersebut memiliki tujuan untuk menonjolkan produk unggulan merupakan suatu cara memperkenalkan ke publik sehingga membedakan satu SMK dengan SMK lainnya dan menjadi citra visual serta pesan yang masuk atau terekam di memori seseorang ketika mendengar nama SMK disebut.

Produk yang dipilih untuk dikembangkan tidak harus selalu dalam bentuk tangible product (berupa barang dan jasa), tapi bisa juga dalam bentuk intangible product, misalnya mengangkat produk-produk kesenian dan kebudayaan lokal yang khas, atau mengembangkan potensi sumber daya alam untuk pariwisata.

Dalam proses menghasilkan produk unggulan dapat dipadukan dengan proses pembelajaran Teaching Factory (TEFA) dimana model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. 

Pelaksanaan teaching factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan teaching factory juga harus melibatkan pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline