Lihat ke Halaman Asli

Amin Ridla Satya Graha

Trainer Manager di Perusahaan Asuransi Jiwa Indonesia

Kapan Kau Akan Berubah, Metromini?

Diperbarui: 24 Februari 2017   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama sudah saya tidak menggunakan jasa metromini. Karena sejak ada transjakarta (busway), ojek online dan taksi online saya lebih suka menggunakan jasa transportasi tersebut. Jauh sebelum ada transjakarta(busway), ojek online dan taksi online, saya adalah pengguna setia metromini, koantas bima, kopaja dan sejenisnya.

Suasana penuh sesak, pengemis, asongan dan pengamen yang tiada henti, ada yang orasi, ada yang mengintimidasi agar penumpang memberikan duitnya, bahkan ucapan dari pengamen yang mengatakan, “Lima ratus, seribu perak tidak akan membuat anda miskin, dari pada saya berbuat kriminal…”,sangat akrab di telinga saya. Copet juga cukup banyak, dimana saya juga punya pengalaman buruk, ketika ditodong oleh 3 orang ketika saya naik metromini dari arah Blok M ke Cilandak, yang mengakibatkan HP saya raib.

Sopir yang sangat ugal-ugalan dan ngetem lama sesuka hati juga sudah sangat saya akrabi. Kondisi fisik moda transportasi tersebut juga sangat membuat tidak nyaman penumpangnya. Jarak tempat duduk yang sangat sempit, kerusakaan perlengkapan sopir, kaca jendela yang terkadang tidak ada, juga sudah menjadi pemandangan biasa.

Belum lagi kalau penumpang dioper/dipindahkan ke metromini yang lain, dengan alasan sopir mau pulang, juga sudah sering saya alami. Sudah enak dapat tempat duduk, tiba-tiba dioper/dipindah.  Betul-betul menjengkelkan, tetapi saya sebagai penumpang tidak bisa berbuat apa-apa, hanya berdoa agar perjalanan lancar dan tidak terjadi kecelakaan. Soalnya ketika penumpang protes akan dijawab dengan sangat tidak mengenakan telinga oleh sang sopir dan kernet, terus mereka akan melajukan mobilnya dengan semakin ugal-ugalan.

Ketika transjakarta (busway), ojek online dan taksi online mulai menjamur, saya beralih ke moda transportasi tersebut. Nyaman, cepat, aman dan murah, itu hal-hal yang sangat saya suka dari moda transportasi tersebut. Sering saya melihat kondisi metromini, kopaja, dan sejenisnya yang dahulu penuh penumpang mulai terlihat kosong. Ada rasa iba juga melihat kondisi itu.

Setelah sekian lama tidak menggunakan metromini, hari minggu sore kemarin  saya ingin bernostalgia menggunakan metromini dari sekitar daerah pasar jumat. Dalam hati saya berharap ada perubahan yang lebih baik dari kondisi metromini, tetapi harapan saya ternyata sirna. Kondisinya masih seperti dulu, sopir ngebut, ngetem lama sekali, sampai di protes oleh penumpang agar segera jalan dan ketika sampai di daerah pondok indah kembali penumpang dioper/dipindahkan ke metromini di depannya yang sedang ngetem juga.

Ternyata setelah banyak saingan, moda transportasi ini tetap tidak berubah. Betul-betul menjengkelkan.., kalau sudah begini ya…Selamat Tinggal Nostalgia…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline