“Maaf, lama tak berkabar. Takut dikira minta tulisan. Tumor usus selesai. Kini kemo tumor lever lagi. Semoga sehat selalu…”, katanya dalam sebuah pesan pendek minggu lalu.
“Allahu akbar…QZ, semoga dianugerahi kesabaran yaa…saya posisi di Jawa Barat, ada urusan yang harus diselesaikan. QZ tenang, sabar dan bersyukur dalam tiap tarikan dan hembusan nafas. Allah sayang kita. Jangan pernah ragui itu. Genggam terus tangan Beliau dan jangan pernah lepaskan…”, jawab saya saat belum mampu menulis untuknya.
Beberapa waktu lalu ketika menjalani kemo untuk tumor usus, dia sempat menanyakan apakah saya masih menulis di Kompasiana. Dan ketika saya beritahu bahwa saya tidak lagi menulis, dia mengirim pesan, “menulislah kembali mbak, minimal untuk saya…”. Waktu itu saya sempat menulis untuknya, namun kemudian saya berhenti untuk berfokus belajar.
Kompasianer yang aktif antara tahun 2010 – 2014, mengenalnya sebagai QZ karena memang “susah” menghafal namanya yang panjang dan tidak biasa. Hingga kini, ia masih menulis walaupun dalam keadaan tidak sehat secara fisik. Tulisan-tulisannya yang sarat filsafat ilmu, sangat ia sadari akan jauh dari gegap gempita puja-pujian, namun ia tetap menulis. Karena bagi dia, menulis tentang ilmu adalah satu-satunya “warisan abadi” yang bisa ia tinggalkan buat generasi nanti.
Saya tidak tahu harus menulis apa, untukmu QZ. Satu-satunya yang saya tahu adalah kamu merindukan tulisan-tulisan saya yang bersentuhan dengan wilayah spirit, spiritual dan spiritualitas. Barangkali dan saya berharap paragraf berikut akan mampu memberikan energy kekuatan bagimu,---QZ yang sedang dicintai Tuhan dengan sepenuh hati.
Jangan bersedih, jangan takut dan jangan pernah mencemaskan apapun dan siapapun. Bersyukurlah dan tersenyumlah…, karena saya melihat kamu dan Tuhan sedang saling jatuh cinta, saling mencintai, saling merindukan, saling mengasihi dan saling menyayangi. Sungguh, tak ada persahabatan setulus dan seindah persahabatan seperti yang sedang “kalian” jalin dan rasakan, seperti sekarang ini.
Bersahabat dengan-Nya, kamu akan menjadi jiwa yang luar biasa, QZ. Inilah waktumu yang penuh nectar. Waktu paling tepat untuk belajar langsung kepada-Nya. Belajar bersama Sang Kebenaran, kamu akan diberi "penglihatan" untuk bisa membedakan mana benar dan mana yang tidak benar, mana riil dan mana yang palsu. Pelan tapi pasti, dalam “waktu berlian” ini, kamu akan menjadi “ahli permata” yang mampu mengenali mana berlian asli dan mana yang palsu. Semoga kelimpahan berkah senantiasa bisa kamu rasakan. Seperti pengakuanmu, ada hikmah yang luar biasa dibalik sakitmu.
Salam damai, bahagia dan terus berkarya!
Terima kasih kepada seluruh kompasianer yang telah mendoakan saudara kita, QZ (Qinimain Zain)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H