Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ariby

Mahasiswa Universitas Negeri Malang Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Bermain dengan Filologi

Diperbarui: 26 September 2023   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hakikat Studi Filologi

Filologi adalah ilmu yang erat kaitannya dengan dokumen tertulis dari masa lalu. Hal ini terjadi karena manusia modern memiliki keinginan mendalam untuk memahami nilai-nilai yang tersembunyi dalam tulisan-tulisan kuno yang masih relevan dalam konteks saat ini. Tulisan-tulisan dari masa lalu ini mencerminkan pemikiran, perasaan, dan kehidupan sosial-budaya masyarakat pada masa tersebut.

Tulisan-tulisan kuno yang telah berusia ratusan tahun akan mengalami kerusakan seiring berjalannya waktu jika tidak dijaga dengan baik. Selain faktor usia yang sudah lama, hal ini juga dipengaruhi oleh proses penyalinan, jenis kertas yang digunakan, serta jenis tinta. Karena keinginan untuk menggali dan memahami isi tulisan dari masa lampau, muncullah bidang filologi sebagai disiplin ilmu yang berkaitan erat dengan studi terhadap warisan budaya manusia dari masa lalu.

Di dalam buku teori filologi, secara etimologi, kata "filologi" berasal dari bahasa Yunani, philologia, yang terdiri dari dua kata, yaitu philos (yang berarti "yang tercinta") dan logos (yang berarti "kata, artikulasi, alasan"). Dalam bahasa Inggris, kata "philology" pertama kali muncul pada abad ke-16 M dengan makna "love of literature" (cinta pada kesusastraan), sementara dalam bahasa Latin, "philologia" diartikan sebagai "love of learning" (senang belajar). 

Pada abad ke-19 M, pengertian "love of learning and literature" juga mulai merujuk pada kajian sejarah perkembangan bahasa. Secara harfiah, filologi dapat diartikan sebagai cinta pada kata-kata, dan oleh karena itu, filologi selalu berurusan dengan analisis, perbaikan, perbandingan, dan penelusuran asal-usul kata-kata hingga pemahaman lengkap tentang bentuk dan maknanya.

Sedangkan di dalam buku filologi Indonesia,  "filologi" berasal dari bahasa Yunani, philologia, yang terdiri dari dua kata, yaitu philos (yang berarti "yang tercinta") dan logos (yang berarti "kata, artikulasi, alasan"). Kata "philology" mulai digunakan dalam bahasa Inggris pada abad ke-16 dengan makna "love of literature" (cinta pada kesusastraan), dan dalam bahasa Latin, "philologia" dapat diartikan sebagai "love of learning" (kecintaan pada pembelajaran). Pada abad ke-19, pengertian "love of learning and literature" juga mencakup studi tentang sejarah perkembangan bahasa.

Kedua sumber literatur ini memiliki persamaan dalam menjelaskan asal-usul kata "filologi" dari bahasa Yunani, yang terdiri dari "philos" yang berarti "yang tercinta" dan "logos" yang berarti "kata, artikulasi, alasan." Keduanya juga menyebutkan bahwa dalam bahasa Inggris, istilah "filologi" awalnya digunakan dalam konteks "love of literature" (menyukai kesusastraan) dan dalam bahasa Latin, istilah "philologia" dapat diartikan sebagai "love of learning" (senang belajar).

Namun, dalam buku teori filologi memberikan penjelasan tambahan bahwa filologi melibatkan analisis, pemahaman, dan penelitian asal-usul kata-kata, serta perbaikan bentuk dan maknanya. Selain itu, buku teori filologi mencatat perubahan makna filologi dari "cinta pada kata-kata" menjadi "cinta pada ilmu" dan penekanannya pada penyelidikan kebudayaan berdasarkan naskah, sedangkan dalam buku filologi Indonesia lebih sederhana dalam menjelaskan konsep dasar filologi.

Ruang Lingkup Kajian Filologi

  1. Objek Kajian Filologi Filologi berfokus pada penelitian naskah dan teks klasik. Naskah mencakup semua tulisan yang diwariskan oleh nenek moyang kita, termasuk yang tertulis di atas kertas, daun lontar, kulit kayu, dan rotan. Naskah-naskah yang ditulis secara manual disebut sebagai "Handschrift" atau "Manuscript." Naskah-naskah yang menjadi fokus penelitian filologi biasanya berbentuk tulisan yang terdapat pada kulit kayu, bambu, daun lontar, dan kertas. Hal ini berarti perjanjian, ukiran, atau tulisan pada batu nisan tidak termasuk dalam cakupan kajian filologi.
  2. Tujuan Filologi Kajian filologi dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Tujuan Umum

  • Memahami perkembangan suatu bangsa melalui karyanya dalam bidang sastra.
  • Menganalisis makna dan fungsi teks bagi masyarakat yang menciptakannya.
  • Mengungkapkan nilai-nilai budaya kuno sebagai alternatif untuk pengembangan kebudayaan.

b. Tujuan Khusus

  • Menyunting sebuah teks yang dekat dengan teks aslinya.
  • Mengungkapkan sejarah terjadinya teks dan perkembangannya.
  • Menyelidiki persepsi pembaca pada berbagai periode sejarah.
  1. Hubungan Filologi dengan Ilmu Pengetahuan Lain
  • Filologi dan Sejarah. Sejarah memiliki peran penting dalam memahami naskah kuno karena naskah tersebut seringkali mengandung informasi tentang sejarah kebudayaan. Misalnya, untuk memahami konteks feodalisme yang memengaruhi penguasa, pengikut, dan rakyat, kita perlu mengetahui latar belakang historisnya.
  • Filologi dan Antropologi. Antropologi sangat relevan dalam konteks budaya, yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia, baik dari segi fisik maupun sosial. Teks-teks seperti "Ajisaka ana ing Medhangkamolan" menggambarkan tradisi kehidupan masyarakat desa yang berfokus pada kebersamaan dan saling membantu. "Serat Wedatama" menjelaskan cara penyembahan kepada Tuhan. Untuk memahami konteks ini dengan baik, pengetahuan antropologi sangat diperlukan dalam kajian filologi.
  • Filologi dan Ilmu Bahasa. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan ide dan gagasan secara tertulis atau lisan. Teks dalam naskah kuno merupakan wujud dari ide dan gagasan penulisnya, yang dapat dipahami melalui berbagai aspek ilmu bahasa seperti etimologi, fonologi, morfologi, sosiolinguistik, dan stilistika. Proses transkripsi dan transliterasi naskah juga memerlukan pemahaman mendalam tentang bahasa yang digunakan.
  • Filologi dan Sastra. Cerita dalam naskah kuno tidak terlepas dari tema, alur cerita, tokoh, latar belakang, dan gaya bahasa yang menjadi elemen-elemen penting dalam membangun sebuah kisah. Elemen-elemen ini dapat dianalisis melalui pendekatan struktural dalam kajian filologi.
  • Filologi dan Foklor. Hubungan filologi dengan foklor muncul ketika cerita dalam naskah berasal dari tradisi cerita lisan yang kemudian ditulis. Foklor berkaitan erat dengan tradisi lisan, seperti legenda, dongeng, mitos, cerita rakyat, atau mantra yang sering digunakan dalam upacara. Kajian filologi dapat mengungkapkan bagaimana cerita dalam naskah terkait dengan tradisi budaya masyarakat yang menciptakannya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline