Saya akan menuliskan sebuah artikel tentang kesan saya pada kisah perjalanan pernikahan Ayahanda Tjiptadinata Effendi beserta Ibunda Helena Roselina. Tentu saja sejauh pemahaman saya yang sangat terbatas tentang kehidupan dan pengenalan saya akan Beliau berdua. Izinkan saya untuk menuliskannya di sini.
Ayahanda Tjiptadinata dan Bunda Roselina selalu ada dalam doa-doa saya setiap hari. Beliau berdua sudah seperti ayah dan ibu bagi saya di dunia literasi. Kami saling mengenal tentu saja berawal dari tulisan-tulisan kami di Kompasiana. Ayahanda Tjiptadinata dan Bunda Roselina selalu mempunyai alasan untuk menyapa dengan hangat dan penuh cinta kasih kepada saya, penulis di Kompasiana, Ari Budiyanti.
Bahkan Beliau berdua berkenan menyapa saya sebagai Ananda Ari Budiyanti. Sebuah sapaan hangat yang saya rasakan sebagai bukti betapa baiknya Beliau berdua memandang relasi dengan saya di dunia literasi, sebagai orang tua dan anak. Saya yang sentimentil ini atau mudah terbawa perasaan, tentu saja merasa sangat terharu dan dihargai.
Sebagai penulis puisi yang aktif berpuisi, saya menemukan dan melihat, ada sangat banyak komentar atau sapaan yang Beliau berdua berikan pada saya. Saya merasa sangat bahagia karena Ayahanda Tjiptadinata dan Bunda Roselina masih berkenan menyapa saya dalam karya-karya saya tersebut. Pertemuan kami yang pertama secara langung juga dalam event yang diadakan oleh YPTD di Perpusnas RI. Besar harapan saya agar kami bisa bertemu kembali kedua kalinya di tempat yang sama tahun depan.
Saya mendoakan Beliau berdua, kiranya Tuhan senantiasa memberkati dan mengijinkan kami bertemu kembali pada awal tahun depan, tepatnya pada tanggal 2 Februari 2025 di Perpusnas RI. Ayahanda Tjiptadinata Effendi dan Bunda Helena Roselina akan merayakan Hari Ulang Tahun Pernikahan yang ke-60 tahun pada tanggal 2 Januari 2025. Usia pernikahan yang sangat lama dan meluas dengan istilah Diamond Wedding Anniversary.
Banyak hal berharga yang sudah saya secara pribadi teladani dari Ayahanda Tjiptadinata dan Bunda Roselina. Relasi kami di dunia literasi melalui Kompasiana adalah salah satu jalan dan cara Tuhan mempertemukan kami. Tidak pernah yang kebetulan, bukan? Segala sesuatu terjadi untuk sebuah alasan yang nantinya mendatangkan kebaikan pada kita jika kita mau dengan tulus dan rendah hati menerimanya.
Ayahanda Tjiptadinata dan Bunda Roselina, tidak saja memberi teladan konsistensi dalam berkarya di Kompasiana dalam bentuk tulisan. Banyak hal saya pelajari dari tulisan Beliau berdua, mulai dari kehidupan keluarga yang saling mengasihi dan memperhatikan, kehidupan sehari-hari yang hangat di Australia dan Indonesia bersama orang-orang terkasih, petuah-petuah kehidupan dari berbagai pengalaman Beliau berdua, dan masih banyak lagi.
Tak cukup bagi saya untuk menuliskan satu-persatu kebaikan Beliau berdua. Saya sebagai generasi muda, tentu saja mengambil hikmah dari kehidupan pernikahan selama 60 tahun dari Ayahanda Tjiptadinata Effendi dan Bunda Helena Roselina. Tidak hanya ada keberanian menjalani suka dan suka pernikahan, namun juga merawat pernikahan bersama hingga selanggeng itu. Iya, 60 tahun itu sangat lama. Semoga terus bertambah langgeng usia pernikahan Ayahanda Tjiptadinata Effendi dan Bunda Helena Roselina. Amin.
Tidak banyak yang dapat tuliskan dalam artikel ini, namun semua yang saya tuliskan sungguh keluar dari lubuk hati saya yang tedalam, sebuah ungkapan kasih sayang saya pada Ayahanda Tjiptadinata dan Bunda Helena Roselina sebagai orang tua saya di dunia literasi.