Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Jati Diri

Diperbarui: 25 November 2023   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi FB page Life and Motivation

Jadilah dirimu sendiri. Sebuah nasihat terlontar ketika aku mempertanyakan diksiku. Perlukah berhenti? Dia bilang lagi padaku. Untuk apa?

Bukankah semua akan berlalu pada saatnya. Biarkan saja. Tak harus merubah dirimu hanya karena perkataan mereka. Jadilah dirimu. Tulislah apa yang kau mau. 

Diksi cinta dan rindu telah menjadi kekuatanmu. Itu ciri khas pilihanmu. Mereka telah mengenalimu sebagai pemuisi hati. Untuk apa pergi?

Sahabat lain menasihati. Jangan pindah haluan ya. Aku bertanya memastikan. Pindah haluan? Tak berpuisi lagi? 

Tawa renyah mengiringi jawaban. Mana mungkin kau berhenti berpuisi. Aku yakin kau tak bisa. Diksi-diksi itu memaksa keluar dari hatimu kan?

Aku tersenyum tersembunyi. Dalam renung sanubari berbisik. Aku tak akan pindah haluan. 

Teringat sebuah kata sederhana namun bermakna. Seorang sesepuh yang kuhorrmati. Kata  Beliau puisi-puisiku menjadi Amsal dalam hati. Aku tersanjung dan tak pernah lekang waktu mengingat nasihat itu.

Memang terkadang orang tak suka. Terkadang pikiran berkelana. Angan ingin menemukan makna. Namun hati memilih jalannya. Dan aku memilih diksi-diksi dalam untaian bait puisi. 

Hingga kata-kataku habis di perhentiannya. Kala Pemilik jiwa mengatakan sudah selesai dan usai masaku. Mungkin saat itu tak ada lagi kata dalam puisi. Tak ada lagi aliran-aliran suci perenungan diri. Tak ada puisi-puisiku lagi.

Maka, nikmati saja puisiku hari ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline