Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Dee Lestari, Karya Fiksi, dan Talenta Hati

Diperbarui: 26 November 2022   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Harus bagaimana lagi mengutarakannya? Bila Dee Lestari memberi kesempatan lima menit waktu menulis apa saja, tetap saja dalam lima menit itu menjadi 1 puisi baru karya saya.

Senin tanggal 21 November 2022 adalah hari yang saya nantikan. Kesempatan bertemu dengan seorang penulis ternama dan belajar darinya. Iya, Dee Lestari, atau dulu dikenal sebagai Dewi Lestari dalam sebuah group musik RSD atau Rida Sita Dewi.

Perahu Kertas, adalah salah satu karya fiksi yang telah ditulis oleh Kak Dee ketika beliau menjadi seorang penulis. Jujur waktu itu saya ingat benar karena melihat sahabat dekat saya mendapat hadiah tersebut. Bukan saya yang dapat, tapi sahabat saya. Eh...

Baiklah itu sekelumit kenangan saya dengan karya Kak Dee Lestari. Unforgotable memories. Begitu juga kalau saya jalan-jalan ke toko buku Gramedia, beberapa kali saya mendapati nobel karyanya terpampang di sana.

Kembali ya ke webinar yang diadakan oleh Group Penulis Mettasik. Pak Rudy terlihat sangat antusias dalam membawakan acara ini sebagai moderator. Saya sempat deg-degan di awal webinar karena tidak mendengar suara dari moderator.

Wah alamat saya ga bisa maksimal nih ikut webinar, hati saya sudah kacau kayak anak pemilik 5 balon yang meletus 1 balon hijaunya. Lah kok malah menyanyi Balonku Ada Lima ya? Hehe.

Berikutnya saya bersyukur karena bisa memperbaiki perangkat saya dan mengikuti webinar dengan baik. Saya mendengarkan penjelasan demi penjelasan dari Kak Dee Lestari. Apa perlu saya tulis di sini?

Saya rasa sudah sangat banyak tulisan lengkap dari teman-teman Kompasianer ya, salah satunya tulisan bapak moderator acara alias Pak Rudy. Jadi saya tuliskan saja ya kesan-kesan saya mengikuti webinar ini.

Saya terpikat oleh penyampaian materi yang dibawakan Kak Dee. Alurnya mengalir lembut dan "straight to my heart" atau langsung tepat sasaran. Menulis itu harus bisa memikat pembaca dengan terutama paragraf pertama.

Saya ingat bahwa tulisan saya memang sebagian besar bergenre fiksi puisi romantis. Saya hampir selalu meluapkan emosi saya dalam tulisan puisi. Memang benar karya yang memikat pembaca biasamya bila ada unsur emosi yang masuk di dalam karya. Tapi tentu saja bukan emosional kan?

Puisi-puisi saya banyak menuangkan isi hati yang emosional. Mungkin begitu. Saya belajar bagaimana mengelola ide agar bisa dirangkai menjadi diksi puisi yang lebih tepat. Jujur kalau selama ini semua ide yang saya tangkap seketika akan menjadi ide puisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline