Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Jalan Kaki, Upaya Menikmati Apa yang Ada pada Diri

Diperbarui: 13 Oktober 2022   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pixabay.com via nongkrong.co

Sebuah percakapan ringan di kelas saat anak-anak membicarakan bagaimana cara mereka datang ke sekolah dan kebiasaan sehari-hari di rumah. Saya mendengarkan sambil mengulum senyuman. Betapa cerianya mereka.

Tetiba seorang anak bertanya padaku, "Kalau Ms Ari, ke sekolah naik apa?" Belum sempat kujawab, seorang anak yang lainnya menebak, "Sepeda motor ya Ms?"

Saya menggeleng sambil teraenyum, "Jalan kaki," jawab saya singkat. Spontan anak tersebut menimpali, "Jalan kaki? Kasihan." Aku tertawa kecil namun ada haru di dalam hati.

"Kenapa kasihan?" tanyaku kembali. Anak itu melihat ke arahku sambil bilang, "Kan capek Ms kalau jalan kaki." Kembali aku berdiskusi dengan mereka. Saya mengatakan kalau tempat tinggal saya tidak jauh dari sekolah karena itu saya suka jalan kaki. Diskusi berlanjut tentang beraneka tema yang lainnya.

Tentang jalan kaki, saya bercerita masa kecil saya saat pergi ke sekolah. Tidak ada masalah khusus bagi saya berangkat ke sekolah dengan jalan kaki sekitar 15-20 menit selama 6 tahun di Sekolah Dasar tempat saya belajar. Bahkan saya harus melintasi stasiun kereta api dan persawahan yang tak begitu luas.

Sejak kecil saya sudah terbiasa jalan kaki. Jadi otot kaki saya sudah terlatih.

Bukan hanya waktu duduk di bangku SD saja saya berjalan kaki ke sekolah. Saya yang mempunyai kecerdasan kinetik buruk, sangat merasa tidak nyaman di keramaian dengan kendaraan bermotor. Iya saya sebisa mungkin menghindarinya.

Saya tidak pernah punya keberanian untuk mencoba berlatih sekedar naik sepeda motor apalagi mobil. Saya lebih memilih jalan kaki atau kalau terpaksa iya naik kendaraan umum. Sampai saat ini saya memang tidak pernah bisa naik sepeda motor atau mobil sendiri. Paling ya naik sepeda ontel atau sepeda roda dua tanpa mesin.

Kembali ke kisah jalan kaki. Waktu saya sekolah di SMP dan SMA pun saya suka jalan kaki. Sesekali saya naik sepeda waktu di SMP. Namun waktu SMA saya kembali full berjalan kaki ke sekolah. Jadi menurut saya jalan kaki adalah hal yang lumrah dilakukan atau wajar buat saya.

Jalan kaki selain membuat otot kaki saya lebih kuat, juga mendekatkan saya dengan lingkungan. Saya sering menyapa orang-orang yang saya kenal di sepanjang jalan. Misalnya penjual koran, penjual bubur ayam, penjual martabak manis, dan lain sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline