Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Hujan, Resah, dan Rindu

Diperbarui: 28 Agustus 2022   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi puisi via intisari.grid.id

Aku menatap gelisah
Pada awan-awan yang tak ramah
Mendung yang mengguyurkan deras hujan
Di antara temaram kota yang telah menjadi sunyi
Sungguh ini hujan resah

Aku ingin menitipkan rindu pada sela-sela air yang mengalir
Sisa hujan yang menggenang di jalanan
Mungkinkan nantinya mengalir hingga ke sungai
Terbawa arus sampai menuju muara
Itu harapanku pada hujan

Agar rindu yang kutitipkam pada airnya
Mencapai samudera raya selepas dari muara
Hingga mengikuti angin yang menghempas rindu dalam deburan ombak
Hingga memercik dalam butiran air yang menghempas
Raut wajah yang sedang menikmati angin pantai

Menanti percikan air laut menyampaikan titipan rinduku
Hanya pada dia yang ada di sana
Teramat jauh di tepian samudera
Tak terjangkau tangan
Tak teraih angan
Hanya bisa menitipkan rindu yang tak terbendung
Pada hujan yang menderas malam ini

Hujan tak jua berhenti
Seolah mengirimkan sebanyak pasukan air menampung segala rindu yang tak pernah habis
Sadarkah kau hai kekasih jiwa
Air laut yang memercik wajahmu penuh dengan titipan rindu dariku
Hanya untukmu
Yang tercinta

...
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
#PuisiBaruAri
#PuisiHujan
.28 Agustus 2022

11-2.267

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline