Aku sedang terdiam sendiri menatap langit membiarkan angkasa menelan segala pahit. Realita mengguncang sanubari sungguh aku tak dapat lagi.
Bagaimana bisa mereka terus semangat menggoreskan pena sedang aku tidak sama sekali. Rasanya seperti terhempas hingga menghancurkan semangat berkarya.
Bagaimana bisa menerima ini sebagai nyatanya keadaan yang ingin kupungkiri.
Namun bukankah ada tangan-tangan kuat menopang segala kesedihan.
Bahwa sesunggunya terkadang bahagia datang dengan cara tak terduga. Rasa yang menggebu kini sirna ditelan realita yang menyedihkan jiwa.
Saat semua berjalan sebagaimana mestinya namun ternyata tak sesuai harap diri. Kini semua telah pudar bahkan keinginanku sudah menguap untuk sekedar menguntai diksi.
Salam pergi dariku yang sudah melihat realita bahwa fiksi karyaku tak mampu lagi menarik untuk dibaca mereka yang bertandang dalam sejenak di rumah besar ini.
Selamat tinggal puisi hati
....
Written by Ari Budiyanti
-#PuisiHatiAriBudiyanti
#PuisiBaruAri
5 Agustus 2022
2-2.258
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H