Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Hari Anak Nasional dan Caraku Mengasihi Mereka

Diperbarui: 23 Juli 2022   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi artikel dari kompas.com

Hari ini tanggal 23 Juli 2022 adalah peringatan hari Anak Nasional. Anak-anak di Indonesia, di mana pun berada, di pelosok desa hingga kota besar, dari belantara hingga pusat pemerintahan, mereka berharga.

Anak-anak perlu dikasihi dan dimulai dengan penerimaan. Ini cara saya.

Penerimaan kondisi anak-anak apapun kondisi mereka saat dipertemukan dengan saya. Itu usaha pertama saya dalam mengasihi mereka. Anak-anak dalam usianya yang masih belia perlu sangat banyak didikan dari kita.

Bukan mereka tidak pandai, hanya keterbatasan pengetahuan di usia mereka. Pengetahuan dalam banyak hal. Tak hanya ilmu semata namun juga tata krama dalam etika kehidupan bersama.

Itulah fungsi keberadaan kita sebagai orang dewasa, harus bisa mengajar mereka berbagai hal untuk membuat mereka mengerti banyak hal juga. Berwawasan luas dan berbudi luhur.

Tentu saja kita yang merasa jauh lebih dewasa dari anak-anak juga harus rendah hati mau belajar dari mereka. Anak-anak sering mengajarkan ketulusan, kemurnian, dan kejujuran dalam kehidupan. Indah bukan?

Bagaimana dengan anak yang spesial atau berkebutuhan khusus. Harus saya akui pemahaman saya sangat minim mengenai hal ini. Ada beberapa buku yang saya baca berkaitan dengan anak-anak berkebutuhan khusus namun itu tak pernah cukup.

Dokpri

Relasi dengan mereka dalam kehidupan nyata mengajarkan lebih banyak arti penerimaan keberadaan mereka. Saya tak bisa memungkiri dalam beberapa hal masih belum berhasil mengajar mereka dengan baik.

Mengajar itu tak harus dalam pendidikan dalam sekolah resmi. Keseharian saya bersama anak-anak pun bisa menjadi media belajar mengajar. Itu bagi saya. Hingga saat ini ada satu anak kecil usia SD berkebutuhan khusus yang cukup dekat dengan saya.

Meski tentu saja kebersamaan kami tidak banyak karena hanya di waktu tertentu saja sepulang sekolah. Relasi dengannya memberi saya banyak pelajaran tentang mengasihi tanpa syarat termasuk di dalamnya ada makna tanpa pamrih.

Pada artikel sebelumnya saya menuliskan kebaikan dalam senyuman dan sapaan. Baca di sini. Selain saya praktekan pada murid saya, juga saya berikan pada anak spesial yang cukup dekat dengan saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline