Saya ingin berkisah tentang seorang wanita yang bahagia dengan profesi pilihannya. Bertepatan dengan International Women's Day, artikel ini saya tuliskan. Hari Wanita Internasional atau Hari Perempuan Sedunia diperingati tanggal 8 Maret setiap tahunnya.
Pertanyaan ini untuk para pembaca wanita:
Apakah Anda adalah wanita bahagia? Apa profesi pilihan Anda saat ini?
Iya ada banyak sekali pilihan profesi untuk wanita saat ini. Mulai dari dokter, pengacara, dosen, dokter gigi, ibu rumah tangga, dan lain-lain.
Kali ini saya ingin bercerita tentang seorang wanita dari desa yang memilih menjadi guru. Tepatnya guru anak. Sebenernya harapan keluarga tentu saja wanita ini bisa memilih profesi lainnya, bukan bekerja sebagai guru anak.
Memang apa yang salah dengan menjadi guru anak? Tidak ada. Itu adalah profesi mulia.
Seseorang harus yakin dengan panggilannya sebagai guru. Ini hal baik yang akan menolong dirinya untuk terus semangat menjalankan profesinya.
Wanita ini ingat, dulu waktu pertama kali dia lulus kuliah, cita-citanya menjadi seorang saintis, peneliti muda. Namun apa daya, segala lamaran yang dikirimkannya ke banyak lembaga penelitian ternyata dikembalikan, bahkan ada yang tidak memberi kabar.
Namun wanita ini tidak menyerah. Ketika akhirnya ada lembaga pendidikan yang menerimanya, dia belajar sebaik mungkin untuk menjadi seorang guru.
Dia ingat, waktu di akhir kuliahnya, dia sempat mengikuti banyak kegiatan seminar pendidikan. Iya itu sebelum pandemi melanda negri.
Wanita ini harus menyimpan sendiri kecewa di hati ketika Ayahnya sempat merasa tidak sepenuhnya bisa menerima pilihan profesinya sebagai guru anak usia dini. Meskipun dia mengajar di sekolah dengan bahasa pengantar Bahasa Inggris, itu tidak membuat Ayahnya terkesan.
Wanita ini terus bekerja dan menunjukkan kalau dia bahagia dengan pilihan profesi sebagai guru anak. Dia tak hanya bisa meng-upgrade skill Bahasa Inggrisnya di sekolah tempatnya mengajar, namun juga bisa mempelajari banyak hal berkaitan dengan dunia pendidikan.