Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Mendung Menggantung

Diperbarui: 5 Februari 2022   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Pixabay.com

Siang tak lagi nampak teriknya
Mentari seolah sedang malu-malu saja
Bersembunyi di balik awan-awan yang bertebaran
Sesekali beristirahat pada musim penghujan

Mendung menggantung menghias langit
Warna kelabu merata di angkasa
Sayup terdengar suara air yang tercurah perlahan mendinginkan suasana
Pejalan kaki mencari perteduhan di sebuah lorong sempit

Deras semakin deras
Hawa dingin menyelimuti bersama percikan air
Mengapa juga sebuah payung harus dari ingatan telah terlepas
Terjebak sendiri dalam penantian hujan yang terakhir

Keluhan tak lagi meringankan beban
Makian tak membuat keadaan menghangatkan badan
Percuma apa yang bisa dikata
Selain sebuah sikap hati menerima

Lantunan doa dinaikkan tak putus-putusnya
Harapan akan berhentinya hujan yang dicurahkan begitu saja
Seandainya mampu membaca pertanda
Mendung menggantung sebagai alam yang berbahasa

Ah sesal tak ada guna
Menikmati dalam gigil yang mendalam
Hingga akhirnya tak sadar mata terpejam
Dingin dan derasnya hujan menjadi terbiasa terasa

.....
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
#PuisiBaruAri
5 Februari 2022

14-2.016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline