Berkejaran bak anak panah yang runcing ujungnya
Bertemu angin yang membawanya melesat lebih cepat
Namun sayang salah arah dan terlanjur melukai dengan parah
Bukan luka di ujung yang berdarah karena panah
Namun hati yang di dalamnya telah robek terkoyak karena amarah
Sang pujangga menyesal namun seperti biasa itu terlambat
Kata maaf tak sanggup sekedar membebat luka hati yang berat
Pujangga itu telah lengah oleh amarah
Tak sanggup menahan kata-kata yang diuntainya menjadi bait-bait penuh angkara
Ingin dihapusnya saja segala karya
Namun nurani mereka yang terlanjur membaca telah terluka sangat parah
Wahai pujangga
Berhentilah menebarkan amarah yang sia-sia
Berkaryalah dalam damai batin saja
Sehingga para pembaca beroleh damainya rasa
Simpanlah gejolakmu wahai pujangga
Untuk kau jadikan bait-bait sunyi di tempat tersembunyi
Sehingga amarahmu tetap berada pada tempat yang tepat
Di sudut hati yang tertutup rapat
....
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
9 Desember 2021
15-1.888
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H