Kukira aku cukup kuat menerima kehilangan
Saat semua yang indah pernah lekat di genggaman
Namun dalam sekejap sejumput manisnya terenggut
Musnah tak berbekas akankah aku merengut
Aku pernah katakan pada diri
Bahwa aku tak akan berhenti
Menorehkan kata di sini
Sebuah catatan jejak literasi hati
Namun aku tersadar
Ada masa aku seperti tertampar
Oleh janji yang pernah kulempar
Meski pada diri saja seolah semangat terkapar
Saat kehilangan menjadi seperti penghalang
Rajutan di hati seolah terurai menghilang
Bahwa jemari dan hati ini seolah tak mau lagi berpaduan
Karena semangat menulisku menjadi seolah lenyap di hadapan
Aku tersenyum getir dalam hati
Ternyata aku bukan seorang yang kuat nurani
Saat berita kepergian membuat hasrat menulisku seolah ikut terbang
Namun kuingat sebuah ketetapan hati dan mata mengarahkan pandang
Kau hanya boleh berhenti berpuisi saat jemari tak bisa meraih pena
Saat hati lupa cara menginspirasi
Atau kala mentari, bulan dan bintang tak nampak mata
Bahwa saat kau berada bersama Penciptamu dalam kekekalan ilahi
Maka aku putuskan di senja mendung ini
Bahwa aku akan mencoba terus menulis lagi
...
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
6 Februari 2021
Artikel ke 1326
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H