Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Kebaikan Hati di Gerbong Kereta Api (Sebuah Kisah di Masa Lalu)

Diperbarui: 28 September 2020   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Porter di Stasiun Pasar Senen Jakarta - www.tribunnews.com

 
"Aduh, banyak sekali. Aku tidak akan sanggup membawa semua barangku sendiri. Ah, bahkan dalam keadaan seperti inipun, aku hanya sendirian!" Sepi dan begitu tenang malam itu, seolah tiada merasa kegundahan hati seorang gadis yang sibuk memikirkan barang-barang bawaannya. 

Sambil masih terus mengomel dalam hati, dilanjutkannya mengepak setiap barang bawaan yang akan dibawanya besok. Sampai ia dikagetkan oleh sapaan kecil dari balik jendela kamarnya. 

"Kak Tia pulang dengan siapa besok dan naik apa?" Tia menegakkan kepalanya ke arah orang yang bicara padanya. Ternyata adik kosnya. "Hemm ada juga yang peduli padaku" Tia tidak langsung menjawab Riri yang sedang melayangkan pandang ke setiap dus berisi barang-barang Tia. 

"Ya ampun Kak Tia, banyak sekali bawaannya?" Tia hanya tersenyum kecil, kelihatan jelas bahwa dia tidak benar-benar ingin tersenyum. "Aku pulang sendirian besok pagi jam 6 naik kereta api ekonomi." Wajah Riri melukiskan kekagetan yang tak terlukiskan. 

"Apa? Sendirian naik kereta ekonomi dengan barang sebanyak ini? Ga salah Kak? Udah pesan tiket dan dapat tempat duduk?" Tia hanya menggeleng sambil melanjutkan kesibukannya mengepak barang-barangnya. Ya satu lagi selesai. Total bawaannya adalah 2 dus besar dan 2 tas besar. Lumayan banyak jika dibawa sendirian. 

"Hati-hati ya Kak. Besok minta tolong bapak pengangkut barang di stasiun. Paling bayar 10 ribu aja. Itu udah paling banyak Kak. Jangan dikasi lebih. Keenakan nanti mereka." Tia hanya mengangguk kecil sambil mengatakan terimakasih untuk perhatian Riri. Lalu Riri pamit ke kamarnya sendiri untuk tidur.

"Jam empat pagi aku harus bangun dan bersiap di bawah. Untung aku sudah janjian dengan pak Amad untuk jemput aku besok. Semoga pak Amad tidak lupa." Tia pun terbawa ke alam mimpi, seolah sudah di rumahnya tercinta tanpa harus menempuh perjalanan panjang di kereta api. 

Tia tersadar bahwa semua hanya mimpi ketika alarmnya berbunyi tepat pukul 4 pagi. Secepat yang dia bisa, Tia segera bersiap dan turun ke depan rumah dengan barang-barang bawaannya. Pak Amad, tukang becak itu tidak lupa dan sudah menunggunya di depan rumah. 

"Terimakasih Tuhan karena menolong pak Amad untuk mengingat harus menjemputku pagi ini." Tia menyapa pak Amad yang segera membantunya membawa barang-barangnya. Setibanya di stasiun kereta api, tidak seorang pun bapak pengangkut barang yang ditemuinya. 

"Ah, kenapa tidak ada satupun dari mereka di luar sini. Aku tidak mungkin masuk ke dalam stasiun tanpa pertolongan orang lain membawa semua barangku ini. Aku juga tidak mungkin meninggalkan semua barangku di sini sementara aku mencari bapak pengangkut barang. 

Ya begini ini kalau sendirian. Katanya aku punya teman banyak di sini, tapi buktinya aku tetap aja sendiri saat aku perlu pertolongan begini. Aku rasanya pengin menangis aja. Tuhan, tolonglah aku." Tia hanya bisa berdoa dalam hati dan berharap pada pertolongan Tuhan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline