Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Ketika Peneduh Itu Tiada

Diperbarui: 26 Agustus 2020   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Plumeria. Dokpri


Siang tadi aku baru merasa sekali teriknya
Betapa panasnya itu menyengat hingga ke kulit
Kepala lupa tak tertudungi pelindung
Menambah penat yang sudah ada

Ku teringat di ujung sebelah sana
Terbiasa aku berdiri sejenak melepas lelah menikmati teduhnya
Menunggu lalu lalang kendaraan sepi
Sehinggaku bisa segera menuju tepi yang lainnya

Aku tersadar sudah ada yang hilang
Di ujung sebelah sana sama panasnya dnegan sepanjang perjalanan yang kutempuhi
Peneduh itu sudah tiada lagi
Kapankah dia diakhiri keberadaannya
Sungguh ku tak tahu

Aku tetiba merasa kehilangan si peneduh yang baik hati itu
Yang juga memberiku pesona indah warna-warna cerah
Saat hijaunya berpadu dengan pink cerah
Seolah memberi senyum ramah padaku yang lelah

Kini peneduh di ujung sana telah pergi
Tak ada lagi yang melindungi sejenak kepalaku dari sengatan terik mentari
Tak ada sapaan lembut gemerisik hijaunya
Saat ku sejenak berdiri di bawahnya
Dalam naungan bayang teduh karena hadirnya

Aku sedih
Meski kau bukan peneduh milikku semata
Namun ketika keberadaanmu tiada
Aku merasa sangat kehilangan

Kini kutahu
Ketika peneduhku tiada
Ternyata aku berduka


...

Terinspirasi oleh sebuah pohon bunga kamboja pink indah yang ditebang di depan rumah orang. Pohon yang sering saya lewati saat berjalan kaki pulang untuk sejenak berteduh.

...

Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
26 Agustus 2020

Artikel ke-1004




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline