Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Menyandingkan Buku dengan Gawai, Mana yang Akan Dipilih Anak?

Diperbarui: 30 Mei 2020   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Anak dan gawai, menjadi sebuah kenyataan yang harus dihadapi orang tua pada waktu-waktu ini. Bagaimana tidak, berbagai kebijakan pemerintah terkait pandemi covid 19 mau tidak mau membuat anak-anak harus selalu berada di rumah.

Anak-anak dan lansia secara kesehatan bisa lebih mudah tertular corona, baik dari lingkungan sekitarnya maupun orang-orang dewasa di sekitarnya. Kita tidak selalu tahu pasti kondisi lingkungan di sekitar anak-anak kita, bukan?

Kita tidak berharap adanya kemungkinan penularan covid 19 dari orang-orang di sekitar anak-anak maupun kita sendiri.

Jadi untuk anak-anak dan lansia jauh lebih aman semaksimal mungkin berada di rumah saja. Tidak dianjurkan sama sekali untuk bepergian ke luar rumah. Orang dewasa mungkin masih ada keperluan penting untuk berada di luar rumah.

Misalnya untuk berbelanja aneka kebutuhan sehari-hari. Namun tidak dengan anak-anak. Mereka harus bertahan di rumah, tempat yang paling aman bagi mereka untuk saat ini.

Bisa Anda bayangkan, anak-anak yang biasanya butuh banyak sekali kegiatan di luar rumah, seperti belajar di sekolah, atau bermain bersama teman di lingkungan rumah, tiba-tiba harus menerima kenyataan untuk selalu ada di rumah. Kebosanan-kebosanan pasti akan melanda. Aktivitas-aktivitas menarik berusaha disuguhkan orang tua pada anak-anak mereka.

Saya ingin menanyakan pada Anda sekalian, jika Anda menyandingkan buku dan gawai, kira-kira mana yang akan dipilih oleh Anak Anda? Saya tidak tahu jawabannya. Saya hanya menduga, sebagian besar anak kemungkinan besar memilih gawai. Semoga Anak Anda tidak termasuk di dalamnya ya. Gawai memang menjadi semacam kebutuhan bagi anak-anak jaman now.

Namun, apakah kemudian kita boleh menyerah begitu saja? Membiarkan mereka tetap bersama gawai sepanjang hari? Saya rasa tidak seperti itu. Buku-buku yang kita tunjukkan pada mereka juga kita usahakan untuk mendapat kesempatan dibaca oleh mereka. Seharusnya demikian.

Dalam suatu kesempatan, saya mendapat kiriman foto buku-buku anak koleksi salah seorang kenalan saya. Dia mengatakan kalau koleksi bukunya di masa lampau masih sangat bagus, dan kini bisa dipakai bacaan untuk anak-anaknya yang juga sangat suka membaca. Buku-buku koleksinya berupa fabel. Ini sesuai pelajaran sekolah anaknya. Sembari membaca, juga belajar, seru juga ya.

Kisah lainnya saat saya membelikan buku baru untuk keponakan saya, betapa riang hatinya. Langsung dibaca-baca dengan senang. Malahan dia minta dibelikan lagi buku-buku dengan seri yang berbeda namun senada dengan buku yang sekarang dia punya. Ada anak yang antusias saat mendapatkan hadiah buku. Namun ada juga yang tidak suka.

Di kesempatan lainnya, saya menawarkan beberapa buku bacaan baru untuk keponakan yang lainnya lagi. Namun saya tidak melihat ketertarikan pada buku-buku tersebut, meskipun sudah saya pilihkan yang sesuai minatnya. Tapi tetap saja tidak boleh memaksa harus membaca. Saya tidak mau anak-anak membaca karena ada perasaan terpaksa. Ke depannya, mungkin akan tidak baik juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline