Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Konsistensi Menulis di Kompasiana Selama 10 Tahun Itu Pencapaian Luar Biasa! Selamat Bu Muthiah Alhasany

Diperbarui: 30 April 2020   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi bu Muthiah, edited by Ari

Hari ini saya baru ingat, belum menulis untuk suatu event menarik di Kompasiana. Ini hari terakhir. Event yang diadakan Bu Muthiah Alhasany dalam rangka peringatan 10 tahun menulis di Kompasiana. Ini benar-benar suatu pencapaian yang luar biasa bagi saya. 

Bagaimana tidak, mempunyai konsistensi selama 10 tahun untuk menulis, merupakan satu inspirasi untuk saya. Tidak semua orang bisa mempunyai semangat menulis seperti ini.

Sepanjang perjalanan berkompasiana yang saya baca dalam artikel Bu Muthiah, ada begitu banyak kisah senang dan sedih. Bahkan ada cerpen bu Muthiah yang dibaca hingga 50.000 kali. Pernah juga mendapat kesempatan diundang bertemu dengan bapak Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo. Wah hebat ya. Pasti tak akan terlupakan. 

Foto bu Muthiah Alhasany bersama Presiden. Foto diambil dari artikel bu Muthiah Alhasany

Bagi seorang kompasianer yang juga suka menulis seperti saya, Bu Muthiah sungguh menginspirasi. Semoga selalu sehat dan bahagia selalu Bu Muthiah. 

Ternyata kisah sedih dengan tulis menulis juga pernah Beliau alami, kehilangan sampai puluhan artikel pasti rasanya sangat berduka. Saya saja kehilangan 1 artikel rasa sesalnya tiada tara. 

Namun dengan segala suka duka yang menghiasi kisah kehidupan tulis menulis Bu Muthiah, mencapai usia 10 tahun di Kompasiana merupakan prestasi tersendiri bagi seorang kompasianer. 

Hal menarik lainnya tentang Beliau adalah kesukaannya traveling yang sekaligus mengumpulkan dan mengoleksi souvenir dari tempat-tempat yang Beliau kunjungi. 

Saya juga suka traveling namun tidak terlalu sering mengumpulkan souvenir. Sesekali saja saya membeli souvenir untuk dibagikan. Bukan dikoleksi. Namun Bu Muthiah suka mengoleksinya. 

Dalam salah satu artikel, Beliau menunjukkan aneka foto souvenir cantik dari negeri Ottoman. Aduh saya jadi terpikat. Secara saya pernah mengikuti satu teledrama asal Turki tentang Raja Ottoman. Memperhatikan fesyen dari Negeri Ottoman ini memang menarik. 

Namun demikian, Beliau juga ternyata penggemar aneka selendang atau pasmina tenun ikat khas bangsa Indonesia. Saya melihat foto-foto Beliau di salah satu artikelnya. Kalau ini juga sama dengan saya. Ini foto Beliau mengenakan aksesoris selendang rajutan.

Sumber foto: artikel bu Muthiah di Kompasiana

Saya juga penggemar pasmina maupun selendang tenun ikat. Waktu mendapat kenang-kenangan dari salah satu Kompasianer lain yang saya kagumi, mbak Leya Cattleya, saya sangat senang dapat selendang tenun ikat. Baik yang dengan pewarna alam maupun pewarna buatan.

Selendang tenun ikat khas Lombok dengan pewarna alam hadiah dari mbak Leya. Dokumen Pribadi.

Lihat foto di atas, saya mengenakannya dengan bangga. Sangat indah bukan hasil karya anak bangsa. Yang menggunakan pewarna buatan juga cantik. Ada fotonya di bawah ini.

Selendang tenun ikat khas Lombok dengan pewarna buatan hadiah dari mbak Leya. Dokumen pribadi

Saya senang mempunyai kegemaran yang sama dalam beberapa hal dengan Bu Muthiah. Kegemaran menulis, traveling, mengoleksi selendang tenun ikat. Semoga ke depannya saya bisa meneladani Beliau sampai ke usia 10 tahun menulis di Kompasiana. Semoga suatu saat kami bisa bertemu. Amin
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline