Hujan, kau datang lagi kala senja itu
Memberi gemerisik pada rimbunnya dedaunan bagai sedang membisik
Tetes airmu menyapu semua debu di permukaan hijaunya helaian daun dan mahkota bunga
Memberi sejuk dan segar pada penghuni kebun depan rumahku
Aku lihat kala burung-burung kecil beterbangan berkejaran menuju sarangnya
Juga ada yang tepat bersarang di pohon hadapanku
Aku senang mendapat ijin Tuhan menikmati pesona indah ini kala hujan tiba
Hujan terkadang hadirmu sungguh menceriakan batin yang sedang menunggu peraduannya
Kala hujan tiba berteman angin kencang nang lebat menjadikannya
Ada debar cemas mendera rasa di dada
Seandainya saja hujan ini tak berhenti
Apa yang akan terjadi bila derasnya tak berujung
Terbiasa dengan bencana karena hadirnya hujan itu
Tak membuatnya menjadi tenang hati terlebih merasa wajar
Tetap saja resah menggelora saat hujan mulai ditemani badai
Hanya doa sepanjang waktu agar Tihan berkenan hentikan sang hujan
Aku memikirkan ini dalam perenungan tentang kehidupan
Terkadang pun ditemani badai dan hujan cobaan
Juga angin topan ujian yang memberi cemas tak berujung
Namun kehidupan terus berjalan
Apapun cara kita menanggapinya
Pilihan ada di tanganku sendiri
Apakah hanyut dalam kecemasan saja
Ataukah bangkit melawan dengan iman dan rasa percaya kemampuan
Apa lalu menjadi pilihanmu?
Tentukan dengan bijak
Kala hujan turun pula nantinya
Yakinlah ada pelajaran baik menyertai bila kita jujur menilai kehidupan
..
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
3 April 2020
Sudah tayang secangkirkopibersama.com: berteman-hujan-kala-itu:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H