Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Puisi | Meredam Hujan dalam Genggaman

Diperbarui: 22 Maret 2020   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krisan ungu. Photo by Ari

Gelap malam pekat semalam penuh gelegar guntur menggema
Silih berganti kilat menyambar di angkasa
Bagai rangkaian kembang api alam yang dahsyat
Percikan api menghias malam dalam deras hujan
Kala setiap insan terlelap dalam buaian alam
Suasana indah membawa bahagia nyaman istirahat malam

Namun ...
Ada pula mereka yang cemas mengkhawatirkan
Bila curah hujan meninggi dan tak berhenti
Selokan air telah penuh meluber ke halaman depan rumah
Bagaimana bila nanti meluap masuk sampai ke dalam rumah
Bencana yang mengintip membuat batin merintih pilu

Belum pula saat penyebaran covid 19 terhenti
Mengapa harus bertambah kecemasan akan yang lain lagi
Mengapa berturut-turut bencana mengiring langkah bangsaku
Memang ada kalanya tak bisa dicegah sempurna saat alam semesta berbicara keras

Meski demikian bisakah aku hanya berdiam diri
Dalam pasrah hati menghadapi melodi nurani
Oleh gempitanya ruah suasana jiwa
Mari bersama menjaga diri semaksimal yang kita mampu
Mari bersama ramah pada alam tempat kita tinggal saat ini

...
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti

22 Maret 2020

Telah tayang diSecangkirkopibersama.com : Meredam-hujan-dalam-genggaman 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline