Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

[Cinta] Bukan Cinta Sesaat

Diperbarui: 16 Maret 2020   01:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: pixdaus.com

"Edel, kenapa buru-buru?" panggilan dari Ern tak digubris oleh Edel. Nampak sekali Edel tergesa-gesa mengambil sepedanya dan melaju meninggalkan Ern. Malang bagi Ern, sepedanya diparkir paling depan sehingga tidak mudah mengeluarkannya. 

Edelweiss segera masuk kamar dan mengunci pintu. Papa yang sedang membaca koran di depan menjadi bingung. Tak biasanya anak gadisnya masuk rumah tanpa memberi salam dan langsung mengunci diri di kamar.

Papa mengetuk pintu kamar, "Edelweiss, buka pintunya. Ada apa nak? Ayo bicara sama Papa." Terdengar isak tangis Edelweiss membuat Papa merasa cemas. Mengapa sepulang les piano malah menangis. Ada apa gerangan dengan putri tunggalnya.

"Permisi Om" terdengar suara Ern dari luar rumah. Papa keluar menemui Ern yang juga teman les piano Edelweiss. "Ern, apa kamu tahu kenapa Edel menangis sepulang les?"

"Om, saya tidak tahu. Tadi selesai les Edel cepat-cepat pulang. Makanya saya menyusul ke rumah. Mau bicara sama Edel" jawab Ernanda dengan kebingungan.

Pintu kamar terbuka dan Edel keluar menemui Ern dan Papanya di beranda rumah. "Edel dengar, Ern akan pindah ke Eropa, kita tak akan ketemu lagi selamanya?" masih terisak Edel menyampaikan kesedihannya.

"Oh, apa karena itu kau menangis?" Ern tak percaya kepergiannya ke Eropa akan membuat Edelweiss sahabatnya sesedih itu. "Iya, tapi aku ke Eropa hanya sebentar, tidak selamanya. Hanya ikut mengisi konser musik di sana. Lagian mana tahan aku berpisah lama dengan Edelweissku. Aku tadi mau memberitahunu. Tapi kamu cepat-cepat pulang. " jelas Ernanda.

Papa tersenyum melihat dua sejoli yang katanya sahabatan lama. Tapi Papa tahu ada getar cinta di antara keduanya. "Memangnya, apa yang membuatmu menangis begitu Edel? Apakah berpisah denganku membuatmu sedih?" Ernanda seolah ingin mendapat penegasan dari Edelweiss. 

Edelweiss menunduk malu. Sepertinya perasaannya pada Ernanda terbaca jelas. Ern tersenyum melihat ekspresi Edelweiss. "You are my Edelweiss. My everlasting love. I can't live far from you" Ernanda langsung menyatakan perasaannya pada Edelweiss yang dijawab singkat " You too for me, Ern "

..

Tamat

...

Written by Ari Budiyanti




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline