Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Puisi | Sebuah Jeritan Tangis

Diperbarui: 31 Januari 2020   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Phon Mangga depan rumah. Photo by Ari

Apa salahku padamu sehingga keberadaanku tak kau maui
Katakan jika aku pernah menyakitimu di masa lalu
Kau tahu di sepanjang tumbuhku sejak masa kecil hingga besarku
Tak sekali aku memohon bantuan darimu

Aku hidup dalam perlindungan Penciptaku
Yang sedia selalu memberiku makanan dan minuman setiap hari
Bahkan apa yang berbahaya di udara kuserap sesuai fungsiku
Lalu kugantikan dengan yang segar untukmu semua

Apakah aku meminta timbal balik padamu
Tidak, aku tidak pernah
Bagian bawahku mencengkeram erat tanah tempatku berdiri
Menahan air hujan untuk tersimpan di bawah bentangan akarku
Demi apa aku lakukan semua itu
Karena itu tugasku dari Penciptaku

Terkadang buah-buahku kau ambil untuk kebutuhanmu
Atau jika kau rasa tak suka dan biarkan saja di sana
Burung-burung beterbangan mendapatlan makanan dari buah-buah yang kuhasilkan
Juga hewan-hewan kecil lainnya yang singgah menjengukku

Kala terik siang menghujam kulitmu
Ku lindungi dengan tangkupan rimbun dedauananku agar tiada panas mentari itu menyentuhmu
Bahkan ku tahan tanah dibawahku agar tidak longsor menimpamu
Yang terkadang membuat tempat bermukim di area bawah tempatku tumbuh

Kurang baik apa aku padamu
Aku hanya meminta padamu biarkan aku hidup
Namun entah demi apa engkau menghalau keberadaanku
Kau musnahkan aku dari tempatku berdiri
Aku tersingkir dan tergantikan oleh tingginya gedung-gedung pencakar langit
Yang bagimu kaupikir itu mungkin lebih penting

Jika alam tempatku tinggal marah padamu
Pastilah atas ijin Pencipta semesta
Kau tebang aku demi apa
Kau musnahkan aku demi apa
Kini jerit tangisku telah hanyut terbawa banjir besar
Teriak marahku karena sakit hati mengalir bersama longsornya tanah menimpamu

Maaf, aku tak bermaksud mencelakakanmu  hai manusia
Itu akibat ulahmu sendiri seolah yang membenci adaku

Written by Ari Budiyanti
30 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Jajaran pohon. Photo by Ari

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline