Lagi dan lagi terdengar di kedua telingaku
Alunan nada sumbang tanpa harmoni
Semua berceceran seperti asap hitam penyebab polusi udara
Namun ini berbeda karena meracuni jiwa yang mendengarnya
Umpatan-umpatan kian merajalela
Lupa pada siapa sedang berbicara
Terus meluapkan amarah yang melanda
Dalam basuhan emosi yang meronta
Sungguh tak habis heran batin ini melihat semua
Yang begitu nyata di depan mata
Bagaimana bisa ada kejam yang tak berbatas dalam umbaran aksara
Saat meluncur bebas dalam rangkaian kata-kata
Luka mendalam dibuatnya tanpa ampun
Bahkan salah pun tiada dirasanya
Bagaimana bisa terucap sejenak maaf
Jika bebal hati merasa paling benar saja
Entah berapa sayatan sudah dibuat pada lembutnya hati
Yang sudah mencintai tanpa syarat sepanjang hayat
Mengapakah bisa ada insan lupa atas kebaikan
Yang dirasanya semenjak masa mudanya
Balas budi macam apa yang dikira sudah diberikan
Pada luapan kasih sayang tak berbatas
Manusia macam apa bisa begitu tanpa batasan
Mengumbar amarah dalam cekalan kata-kata tajam mendulang petaka
Jika tak jua bertobat dan sadar jiwa
Akan berakhirlah bahagianya di masa depan
Curahan kejahatan verbal yang tak terbendung
Berbalik pada diri si penebar angkara
Meski marahnya bukan padaku
Namun ku tetap tak rela mendengarkan segala kata-kata nestapa
Ingat
Tuhan di atas sana tidak tinggal diam
..
Written by Ari Budiyanti
28 Januari 2020
#PuisiHatiAriBudiyanti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H