Awal bulan Desember lalu, seorang teman mengajak saya berkunjung ke salah satu panti asuhan di Jakarta. Sebuah kunjungan kasih di bulan Natal. Ini pertama kalinya saya mendapat kesempatan mengunjungi panti asuhan kembali setelah ratusan purnama berselang.
Rencana kunjungan kasih ini memang sudah sejak sekitar bulan November 2019. Kesibukan setiap kami menjelang musim liburan, akhirnya baru bisa diselenggarakan pada bulan Desember tanggal 16, tepatnya hari Senin.
Ide kunjungan kasih ini dari sahabat dekat saya, bu Eliata. Kasihnya pada anak-anak membuatnya tergerak hati untuk mengunjungi panti asuhan tersebut.
Kami teringat senantiasa, sebuah perintah dari Tuhan yang kami imani, bahwa salah satu ibadah yang sejati adalah saat kita berbagi kebaikan pada mereka yang tidak bisa membalas kebaikan kita.
Salah satunya pada anak-anak di panti asuhan. Anak-anak di sini sungguh secara umum mendapati kehidupan masa lalu yang tidak beruntung. Namun kemudian dalam pemeliharaan kasih Tuhan, mereka dibesarkan dan dirawat di panti asuhan ini.
Inilah buktinya ada kasih Tuhan atas manusia. Jadi berhentilah mengeluhkan betapa beratnya kehidupan kita karena masih banyak orang yang mempunyai nasib tidak seberuntung kita namun masih menunjukkan kepedulian pada sesama.
Hidup itu tidak melulu selalu harus tentang kita. Hidup adalah tentang berbagi kasih dan kebaikan pada sesama, terlebih mereka yang membutuhkan.
Bu Eliata memulai acara dengan memperkenalkan timnya dan mengenal nama anak-anak. Ada 4 orang yang datang, bu Eliata, Stenly, saya (Ari) dan adik saya, Vitri. Lalu bu Eliata memimpin anak-anak untuk menyanyi bersama. Lagu dengan gerakan yang menarik untuk anak-anak.
Rekan kami Stenly memainkan gitar dengan indahnya untuk mengiringi lagu-lagu yang kami dendangkan bersama. Tentu saja kami pilihkan lagu-lagu anak-anak yang disertai gerakan menarik.
Tibalah kesempatan saya untuk berbagi cerita untuk anak-anak. Saya membawakan cerita tentang kelahiran bayi Yesus di kandang domba. Juga dilanjutkan tentang berita kedatangan malaikat pada para gembala untuk memberitakan kelahiran Tuhan Yesus di kandang domba di kota Betlehem. Saya berusaha membawakan cerita dengan menarik dan mengajak anak-anak berinteraksi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana.
Saat saya berbagi kisah Natal, hati saya begitu meluap dengan sukacita. Kesukaan saya dalam mendongeng ternyata dipakai Tuhan untuk bisa membahagiakan anak-anak ini. Mereka begitu antusias mendengarkan cerita. Itu sungguh menghibur hati saya. Bahagianya sungguh tak terlukiskan.