Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Din and Dan

Diperbarui: 13 Maret 2020   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepasang bunga Wijaya Kusuma. Photo by Ari

Dinda dan Dandi, dua sahabat yang sudah berteman sejak mereka bayi. Kenapa bisa begitu? Rumah mereka bersebelahan. Dandi lahir 1 tahun lebih awal darj pada Dinda. Meski begitu mereka masuk sekolah SD di usia sama. Dinda tidak mau sekolah TK lebih lama. Maunya cepat-cepat SD. Pada waktu itu masih diijinkan masuk SD dengan usia lebih muda. Akhirnya Dinda dan Dandi pun selalu satu kelas sejak mereka SD. Bagaimana tidak saling mengenal karakter masing-masing. Iya mereka sahabatan. 

Sekarang mereka sudah sama-sama kuliah namun di jurusan yang berbeda. Universitasnya sih sama. Dandi ambil jurusan informatika dan Dinda ambil jurusan sastra. Beda sekali ya bidang minatnya. Meski begitu, mereka bisa tetap salin cerita dan nyambung satu dengan yang lain saat mengobrol. 

Suatu kali selesai ujian akhir semester, mereka pun sedang menikmati masa liburan. "Din temani aku ke toko buku!". Cara bicara Ini semacam perintah saja dari kakak ke adiknya, dan Dinda udah terbiasa dengan hal itu.

"Kapan kakak?" Dinda suka sengaja menggoda Dandi dengan panggilan kakak kalau gaya bicaranya udah mulai nada perintah. Dandi tertawa, "Pagi ini ya kalau toko bukunya udah buka. Jam 10 an paling"

Dinda menggeleng. "Ga bisa Dan, pagi ini aku udah daftar seminar bedah buku karya sastra" Dandi tidak terlalu tertarik dengan buku karya sastra. Macam-macam, mulai dari aneka karya puisi maupun cerita pendek, dongeng hingga novel. Dandi lebih suka membaca buku-buku biografi dan aneka bidang ilmu lainnya. 

Dandi hanya bisa diam. Dia tahu kalau sudah urusan seminar tentang buku sohibnya ini paling cepat dapat infonya. Entah sudah berapa kali Dinda mengajak Dandi ikut seminar berkaitan dengan karya sastra. Dan sebanyak ajakan itu pula Dandi selalu menolak. Tapi herannya Dinda tak pernah bosan mengajaknya terus. 

Akhirnya pagi itu Dandi pergi ke toko buku sendiri. Sementara Dinda datang ke seminar bedah buku. Sepi rasanya tudak ada teman berbagi ide membandingkan isi buku yang ingin dia beli. Biasanya Dinda selalu memberi masukan dan pendapatnya berkaitan buku-buku pilihan Dandi. Ini tidak biasa bagi Dandi. Dia heran, mengapa tiba-tiba ada rindu menyeruak di hatinya untuk kehadiran seorang Dinda. 

Sementara itu Dinda duduk bersebelahan dengan Dodi. Seorang penggemar karya sastra yang juga penikmat musik sejati. Bisa dibilang Dodi ini kenalan baru Dinda di seminar tersebut. Namun pada saat istirahat seminar, mereka terlibat pembicaraan seru mengenai aneka karya sastra yang mereka suka. Dodi dan Dinda merasa sangat nyaman berbincang berdua meski baru kenal.

Akhirnya waktu seminar berakhir di sore hari. Saat Dinda keluar dari ruang seminar dengan wajah ceria beriringan dengan Dodi, tepat dilihat di depannya ada Dandi sudah menunggu. Dinda merasa aneh. Tak biasanya Dandi menjemputnya. Tapi langsung ditepisnya perasaan itu. Mungkin Dandi pas ada kegiatan lain di sekitar tempat seminar. 

"Hai Kakak, wah surprise nih aku dijemput" kata Dinda ringan menyambut kehadiran Dandi. Sementara itu Dodi menyahut " Wah beruntung sekali kamu Dinda, punya kakak yang perhatian. Sampai dijemput pulangnya" kata-kata Dodi membuat Dandi merasa tidak nyaman ataukah dia cemburu? "Siapakah lelaki ini, dia merasa tidak kenal dan baru pertama lihat. Apa dia teman baru Dinda? Mengapa sepertinya aku cemburu ya"batin Dandi.

"Dan, kenalkan ini Dodi, teman baru kenalan di seminar barusan." Masih dengan wajah sumringahnya Dinda mengisahkan. "Oya Dan, Dodi ini juga ternyata pintar bermusik, suka bikin lagu sendiri dengan lirik lagunya dia cinta sendiri. Keren ya"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline