Terdengar suara anak kecil dari dalam rumah. Gilang kaget. Seingatnya, Riri ini belum menikah, dia hanya tinggal bersama ibunya. Tapi kenapa ada suara anak. "Dia siapa?" Tanya Gilang ketika melihat seorang anak perempuan berlari keluar dari kamar menuju Riri dan memeluknya. "Bunda, om itu siapa?"
Anak perempuan itu saling tatap dengan Gilang. "Ini teman Bunda, Om Gilang. Kasih salam" Sari mengulurkan tangannya ke arah Gilang. Dan disambut dengan senyuman dan jabat tangan Gilang.
"Sari, ayo kembali ke kamar, sudah malam. Tidur ya sayang. Nanti Bunda menyusul. Sekarang Sari ama eyang putri dulu ya" Sari segera masuk kamar, menuruti perkataan Riri.
"Gilang, masuk. Duduklah, aku ambilkan bukunya ya. Sebentar. Oya kamu mau minum coklat hangat atau teh ?"
Gilang duduk di ruang tamu yang sudah lama tak dikunjunginya. "Air putih saja Ri, kalau ada yang dingin. Aku tidak lama koq" sebenarnya ada penasaran di hati Gilang. Mengapa gadis kecil itu memanggil Bunda pada Riri.
"Ini bukunya." Riri membawa segelas air putih dingin dan buku pesanan Gilang.
"Maaf ya, aku lupa terus sampai kamu harus ambil ke mari."
"Bunda? Mengapa kamu punya anak dan udah usia balita?" Tidak menjawab perkataan Riri, tapi langsung memberi tanya.
"Oh Sari itu anak angkatku, aku merawatnya di rumah sudah jalan hampir 6 bulan. Aku mengadopsinya dari panti asuhan. Karena panti asuhan itu hampir ditutup. Sudah tidak bisa beroperasi lagi karena tidak ada donatur. Aku dapat info dari Ibuku. Lalu Ibu memintaku mengadopsi salah satu anak dari sana. Dan Sari yang terpilih. Aku mendadak jadi seorang Bunda yang tak berpengalaman. Banyak penyesuaian yang membuatku sering lupa ini itu. Termasuk bawa buku yang kau pesan. " penjelasan Riri membuat Gilang terdiam. Ternyata ini yang membuatnya jadi pelupa. Selain pekerjaan kantor yang banyak, Riri ternyata punya anak angkat.
"Kenapa tak pernah cerita?" Tanya Gilang lagi. Riri hanya tersenyum. Bulan lalu Sari sakit sehingga Riri terpaksa beberapa kali ijin tidak masuk kerja untuk mengantar dan menunggui Sari berobat. Ibunya tidak cukup kuat untuk bepergian sendiri mengantar Sari. Tapi kalau hanya menemani Sari bermain di rumah, masih bisa. Karena Sari termasuk anak yang tidak terlalu aktif. Kegemarannya berkisar di dunia lukis. Jadi tidak terlalu susah mengurus Sari sehari-hari.
Tapi berbeda saat Riri pulang kerja, Sari akan menyita banyak waktu Riri, mulai mendongeng, belajar, bermain dan lain-lain. Riri jadi sering bangun kesiangan. Meski tidak sampai terlambat ke kantor, tapi dia tak lagi bisa mengerjakan tugas kantor saat sudah di rumah. Akibatnya pekerjaannya menumpuk di kantor.