Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Merindu Sang Hujan

Diperbarui: 15 September 2019   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit di atas rumah di kampung halamanku. Photo by Ari

Panas sudah menemani berbulan-bulan
Terik mentari siang menyengat badan
Saat angin menyapa, debu berhamburan
Menutup mata sekejap dalam kegelapan

Menatap langit berharap kelabu
Pertanda mendung menggelayut sendu
Namun tiada itu terbentang syahdu
Hanya tertinggal sisa senja mendayu

Kapankah titik airmu menetes ke bumi
Rindu semua menanti hadirmu
Meski hanya sekedar melepas penat hari
Dalam rintik air dingin menyelimuti pilu

Di sisi sana ada yang tersesak pengap
Karena terperangkap selimut asap
Akibat terbakarnya hutan yang kering
Karena kemarau yang tak jua berakhir

Tertutup samar wajah oleh pengaman
Agar udara berasap tak menetap tinggal
Di kedalaman setiap paru-paru insan
Tetapi tetap asap menyelusup sepenggal

Tidakkah kau rindu menyapa bumi
Yang terus menanti hadirmu lagi
Seruan-seruan ternaikan pedih hati
Satu persatu terlantunkan doa kini

Yang terus terbakar di ujung sana
Tak jua memberi sekedar pertanda
Akan berakhirnya segala nuansa
Penuh asap dan tetes air mata

Sang hujan di atas sana
Segeralah datang turun bersama
Redakanlah panas dan asap membara
Sejukkanlah lagi segar udara

Rindukah kau pada kami
Yang masih juga setia menanti

...
Written by Ari Budiyanti
15 September 2019

Puisi hati
Rindu hujan lagi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline