Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Kisahku Mudik Jelang Lebaran 2019

Diperbarui: 4 Juni 2019   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemandangan depan rumah. Photo by Ari

Beberapa hari lalu, saya mendapat pesan dari salah satu sopir travel langganan saya. Terakhir ini, saya memang sering mudik naik mobil travel. Harga tiket travel dari Jakarta sampai rumah saya berkisar 200 ribu rupiah. Lumayan, ada sedikit beda dengan tiket bus. 

Terakhir saya naik bus AC malam, dengan jarak sama, tiket seharga 140 ribu rupiah. Masih tambah sambung naik bus untuk tiba di kampung saya, sekitar 10 ribu rupiah. Jadi ya tidak seberapa beda jauh. Naik travel, saya dijemput depan tempat tinggal saya di daerah Tangerang dan diantar ke kampung depan halaman rumah juga.

Naik mobil travel, saya bisa mengenal area kampung sekitar saya tinggal. Jujur, meskipun saya anak kampung, tapi tidak hapal kawasan kampung saya sendiri. Karena selain saya tipe anak rumahan, saya juga sejak lulus SMP sudah di luar kota saja. Sampai saya kuliah dan kerja terus menerus tinggal di kota lain. 

Mudik menjelang lenaran menjadi acara tahunan yang selalu ditunggu. Tapi sekitar 3 tahun terakhir ini, mudik saya memang lebih sering naik mobil travel. Ternyata, tiket menjelang lebarang naik lumayan, sampe 350 ribu rupiah. Hari biasa padahal 200 ribu rupiah. Jadi kalau pulang pergi buat mudik saya harus keluarkan uang 700 ribu rupiah. Jumlah yang tidak sedikit buat saya. 

Namun, tahun ini, khusus mudik menjelang lebaran, saya diajak keluarga kakak saya untuk berangkat bersama. Kalau ini, saya tidak perlu bayar, gratis. Berkat sendiri buat saya. 

Perjalanan mudik kami minggu lalu, di akhir bulan Mei, tepatnya 31 Mei dan sampai rumah Ibu tanggal 1 Juni menjelang Subuh. Kalau buat bercanda, ini perjalanan terpanjang, mulai Mei (akhir ) sampai di tujuan sudah ganti bulan Juni (awal). Seperti perjalanan satu bulan ya.

Memang ada sedikit macet, tapi relatif bukan macet total sampai tidak bisa jalan sama sekali. Perjalanan kami terus maju, berangkat pukul 8 malam dari Bekasi. Sampai rumah Ibu sekitar pukul 3.30 pagi.

Kami memang tidak banyak berhenti. Hanya tiga kali di pom bensin. Perjalanan diiringi musik koleksi saya. Jadi benar-benar menikmatinya. Kalau naik mobil travel, saya biasa dengarkan lagu-lagu selera pak sopir. Mulai dari dangdut maupun pop. Apa saja yang disukai pak sopir.

Bukan hanya itu, karena bersama keluarga kakak saya, perjalanan bebas asap rokok. Berbeda dengan naik mobil travel. Saya harus rela menahan diri dengan bau asap rokok supir travel yang mengemudikan. Katanya, biar tidak mengantuk harus merokok dan dengar musik yang ramai. 

Sebagai penumpang mobil travel yang sering pilih duduk depan, dekat sopir, saya harus bisa terima keadaan. Tetap mensyukuri karena saya bisa mudik masih jauh lebih nyaman dibanding kebanyakan orang. 

Naik mobil travel juga sering berhenti lama untuk istirahat di rumah makan. Memang hanya 1 kali saja. Sopirnya akan istirahat makan, ngopi, merokok dan mengobrol dengan sesam sopir mobil travel lainnya. Kadang saya ikutan makan mie instan dan minum kopi sekedar mengisi perut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline