Sabtu ceria nan cerah di pagi ini, saat saya melanjutkan menulis kisah berkebun tanaman bunga di halaman rumah. Ini sudah kisah yang ke lima. Jadi jika Anda tertinggal seri-seri sebelumnya, silakan nanti dibaca ya. Saya sertakan link tulisan-tulisan sebelumnya di bagian bawah artikel ini.
Nah, sebelumnya saya mau berbagi cerita bahagia. Ceritanya saya itu sedang gembira sekali karena kemaren baru saja mendapati sebuah puisi indah yang ditulis mbak Derby khusus untuk saya. Luar biasa pengalaman indah ini. Selain mendapat banyak kenalan baru di Kompasiana, ternyata lebih dari itu, bisa menemukan sahabat-sahabat baik. Meski nasih bertemu dan saling sapa di tulisan saja.
Ini dia puisi karya mbak Derby yang dibuat khusus buat saya.
Kepada Perempuan Pencinta Bunga
Terimakasih banyak mbak Derby sudah menulis puisi untuk saya ya.
...
Foto ilustrasi di atas adalah sebagian dari halaman depan rumah Ibu. Ada satu pohon mangga yang batangnya pernah hampir roboh karena tanah di bawahnya sempat naik karena akarnya. Sehingga bentuk batangnya unik. Itu semua diakibatkan banjir yang pernah melanda desa kami. Banjir yang cukup parah dan memberi saya trauma.
Salah satu hasil peninggalan banjir, pohon mangga yang berubah posisi tumbuh batangnya. Tidak lagi lurus meninggi ke atas tapi sedikit ada perbelokan merata ke samping.
Di bawah batang pohon mangga itu ada serumpun tanaman kecil berdaun hijau. Itu adalah tanaman bunga pacar air. Hari ini saya akan ceritakan kidah bunga pacar air di halaman rumah Ibu. Ini bunga ke 12 yang akan saya ceritakan.
12. Bunga Pacar Air