Lihat ke Halaman Asli

Catatan Akhir Tahun Bulutangkis Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sebentar lagi, tahun 2012 akan berakhir. Berbagai turnamen telah dilalui oleh pebulutangkis utama dan pelapis untuk mengharumkan nama bangsa.

Hasil yang ditoreh selama satu tahun ini, para “pejuang raket” kita berhasil mengoleksi 2 gelar kasta tertinggi Premier Super Series, dan 2 gelar Super Series, serta banyak gelar “pemanis” yang telah mereka rebut.

Dari turnamen dengan kasta tertinggi, Indonesia berhasil memboyong gelar melalui Ganda Campuran Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir di turnamen paling prestisius All England setelah menang atas pasangan Denmark Thomas/Kamilla straight game 21-17 21-19. Indonesia sendiri terakhir mendapatkan gelar di turnamen ini pada tahun 2003 melalui Ganda Putra Sigit Budiarto/Chandra Wijaya. Dan satu lagi, gelar Premier diraih Tunggal Putra andalan kita Simon Santoso di hadapan publik Istora setelah memutuskan asa Du Pengyu asal China 21-18 13-21 21-11 dan menambah deretan “kutukan” Tunggal Putra China yang sudah 22 tahun tidak dapat gelar di Indonesia Open.

Selain gelar prestisius diatas, prestasi pebulutangkis kita juga berlanjut ditingkat Super Series yang notabenenya adalah ajang tolak ukur latihan keras yang telah mereka lakukan dari turnamen ke turnamen lainnya.

Lagi-lagi sektor Ganda masih menjadi tumpuan utama kita. Di mulai dari India Open, andalan kita Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil mempertahankan gelar yang sama setelah mengalahkan andalan Thailand Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam dalam rubber game 21-16 12-21 21-14. Gelar selanjutnya dipersembahkan oleh juara Olimpiade Beijing 2008 Markis Kido/Hendra Setiawan di Singapore Open setelah menang melawan ganda Korea Ko Sung Hyun/Yoo Yeon Seong dalam pertarungan rubber game 22-20 11-21 21-6.

Sejarah Olimpiade Terhenti

Dibalik prestasi internal yang bisa dibilang “lumayan” dari tahun kemarin, di pagelaran multieven paling akbar sejagat raya Olimpiade edisi London 2012 cabang andalan kita ini secara mengejutkan tidak dapat “mencuri” satupun medali yang disediakan. Hal ini cukup mengejutkan bayak masyarakat bulutangkis dalam ataupun luar negri karena disetiap pagelaran Olimpiade, cabang bulutangkis Indonesia selalu berhasil menyumbangkan 1 medali emas dan total menyumbang minimal 3 medali apapun.

Pasangan Ganda Campuran juara All England Tantowi/Liliyana yang digadang-gadang mampu meraih emas rupanya tak mampu menuntaskan tugasnya setelah dikalahkan musuh bebuyutan Xu Chen/Ma Jin asal China dalam pertarungan rubber game 23-21 18-21 13-21 di semifinal.

Setelah kekalahan itu, peluang terakhir untuk meraih satu-satunya medali perunggu yang tersisa rupanya tidak dimanfaatkan karena mereka terkena“kutukan” Ganda Campuran Juara All England ditahun yang sama dengan Olimpiade. Mereka kalah telak melawan ganda Eropa andalan Denmark Joachim/Christinna dalam straight game 12-21 12-21.

Sementara pemain lainnya yang lolos ke Olimpiade London sudah “angkat koper” terlebih dahulu. Mereka adalah Simon Santoso, Taufik hidayat, Adrianti Firdasari, Muhammad Ahsan/Bona Septano, Meliana Jauhari/Greysia Polii setelah dikalahkan lawannya masing-masing.

Bongkar Pasang Ganda Pelatnas

Setelah kegagalan bulutangkis Indonesia mempertahankan tradisi emas Olimpiade, terutama sektor Ganda Putra yang disetiap Olimpiade selalu menyumbangkan medali minimal Perunggu kali ini di Olimpiade London tidak mendapat medali apapun membuat PBSI melakukan “bongkar-pasang” pemain besar-besaran di sektor Ganda Putra Pelatnas Cipayung.

Berawal dari dibongkarnya Mohammad Ahsan/Bona Septano, maka pasangan ganda lainnya ikut terkena imbasnya. Bona dipasangkan dengan Afiat Yuris Wirawan, sedangkan Mohammad Ahsan dipasangkan dengan peraih medali emas OlimpiadeBeijing 2008 Hendra Setiawan.

Yohanes Rendy Sugiarto yang awalnya berpasangan dengan Afiat Yuris Wirawan kini dengan Berry Angriawan. Dan mantan pasangan Berry, Rahmat Adianto dipasangkan dengan Hardianto pemain muda asal PB Mutiara Bandung.

Mutiara “terbuang” come beck

Peraih medali perunggu bulutangkis Olimpiade Athena 2004 nomor tunggal putra Sony Dwi Kuncoro menujukan kembali perform terbaiknya setelah come beck dari cereda punggung berkepanjangan.

Setelah masa pemulihan selama hampir dua tahun, Sony secara mengejutkan berhasil menjuarai runner up Malaysia Open GPG setelah dikalahkan pemain nomer satu dunia sekaligus wakil tuan rumah Lee Chong Wei di final dalam rubber game 21-17 8-21 10-21.

Di Thailand GPG Sony akhirnya menjadi juara setelah mengalahkan Chen Yuekun asal China dalam stright game langsung 21-17 21-14. sebelumnya di semifinal Sony membuat kejutan setelah mengalahkan unggulan satu sekaligus “bintang bulutangkis” China Lin Dan sama dalam straight game langsung 21-17 21-16.

Selang beberapa waktu, di Indonesia Open Premier Super Series dia berhasil membat kejutan setelah menumbangkan dua raksasa bulutangkis. “korban” pertamanya adalah andalan Denmark Peter Gade di babak pertama dalam 14-21 21-7 21-18. Selanjutnya dibabak ke dua giliran Taufik Hidayat menjadi “korban” selanjutnya dalam dua set langsung 21-14 21-18.

Namun akibat jadwal tanding yang terlalu padat dan sering bermain rubber, akhirnya di perempat final Sony kalah oleh pemain China Du Pengyu dalam dua set langsung 14-21 15-21.

Prestasi manis terakhir yang Sony ukir adalah keberhasilannya menjuarai Indonesia Open GPG setelah mengalahkan juniornya Hayom Humbaka cukup mudah 21-11 21-11.

Junior Lebih Berprestasi

Prestasi junior kita bisa dibilang lebih bagus dibanding seniornya. Di kejuaraan Asia saja, calon-calon andalan masa depan kita mulai menunjukan kehebatannya. pasangan Ganda Putra  Arya Maulana/Edi Subaktiar berhasil mempersembahkan medali emas setelah menang melawan andalan Taipei Lin Wang Cin/Lin Wu Hsiao dalam pertandingan rubber set 17-21 22-20 21-10.

Dan di kejuaraan Dunia Junior (World Junior Championship) giliran Ganda Campuran Edi Subaktiar/Melati Daeva berhasil mempersembahkan medali Emas setelah mengalahkan rekan senegaranya Alfian Eko/Shella Devi Aulia lewat pertandingan stright game 21-17 21-13.

Tunggal Putri jadi Ancaman Papan Atas

Pertengahan tahun ini sektor Tunggal Putri sepertinya mulai cukup diperhitungkan di percaturan bulutangkis Internasional.

Diawali dari keberhasilan Lindaweni Fenetri membuat kejutan melaju ke partai final turnamen Vietnam Open GPG membuat kaget banyak pihak. namun langkahnya harus terhenti oleh unggulan satu Porntip Buranaprasertsuk asal Thailand 10-21 18-21.

Selanjutnya Yeni Asmarani juga berhasil membuat kejutan didepan publik sendiri di Indonesia Open GPG setelah di semifinal mengalahkan seniornya Adrianti Firdasari. Sayangnya di final dia kalah oleh pemain China Li Han dalam dua set langsung 12-21 10-21.

Tak hanya itu, kejutan kembali terjadi. kali ini di Taipei Open GPG kembali Lindaweni memasuki partai puncak setelah di Semifinal mengalahkan wakil tuan rumah Pai Hsiao Ma rubber set 21-14 19-21 21-10. Di final dia kembali bertemu wakil tuan rumah sekaligus unggulan satu Tai Tzu Ying namun lagi-lagi harus puas menjadi Runner Up setelah kalah rubber set ketat 19-21 22-20 20-22.

Terakhir, Aprilia Yuswandari berhasil masuk final Korea Open GPG namun sayang kalah di final oleh unggulan satu asal Korea Sung Ji Hyun dalam dua set langsung 10-21 10-21.

Walaupun dari semua tunggal putri yang berhasil masuk final belum ada satupun yang berhasil meraih gelar, namun torehan ini harus kita acungi jempol karena sektor tunggal putri yang dinilai sebelah mata cukup bagus prestasinya walau hanya baru dilevel GPG.

PBSI dengan Armada Baru

Ditengah berbagai kondisi perbulutangkisan dalam negri, ketua Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Gita Wirjawan mengumumkan kabinet barunya pada tanggal 21 Oktober 2012.

Dari hasil kabinet yang diumumkan, terdapat nama-nama peraih medali emas Olimpiade, yaitu Susi Susanti, Rexy Maniaky, dan Ricky Subagja.

Yang cukup mengejutkan tentu adalah tercantumnya nama Rexy Maniaky dalam susunan kabinet Gita. Seperti yang telah kita ketahui bersama, Rexy sekarang telah terlibat kontrak melatih di Filipina setelah pindah melatih di Malaysia.

Masuknya Rexy dalam PBSI bermahsud agar prestasi pebulutangkis kita bisa lebih baik. Terbukti berkat “sentuhan” Rexy, Malaysia mempunyai ganda putra kuat yang berhasil merebut medali emas Asian Games di Doha dan juara All England 2007 yaitu Koo Kien Keat/Tan Boon Heong.

Dibalik berbagai kondisi yang terjadi di dunia perbulutangkisan dalam negri, tentunya kita sebagai masyarakat Indonesia berharap semoga bulutangkis kita bisa kembali jaya seperti dahulu. Disaat hampir semua “pendekar raket” kita ditakuti semua negara termasuk China. Karena bulutangkis juga menjadi satu-satunya cabang yang membuat nama Indonesia terkenal. Ayo bulutangkis Indonesia, Cepatlah bangkit!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline