Lihat ke Halaman Asli

Perahu Kertas Dua

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13509819821276042259

Perahu kertasku kan melaju Membawa surat cinta bagimu Kata-kata yang sedikit gila Tapi ini adanya Perahu kertas mengingatkanku Betapa ajaibnya hidup ini Mencari-cari tambatan hati Kau sahabatku sendiri Hidupkan lagi mimpi-mimpi (cinta-cinta) cita-cita Yang lama ku pendam sendiri Berdua ku bisa percaya Tenang, tenang, Gue gak lagi Galau kok. Diatas ntuh adalah lirik lagu ost. Perahu Kertas yang nyanyiin Maudy Ayunda *mata belo* muehehe. Jadi gue abis nonton filmnya dooong di bioskop lhoo (bukan donglod di cinema3satu apalagi nyari CD bajakannya  *emang belom ada ding). Oke, karena ini gak lagi galau. Gue gak pengen nyeritain jalan cerita filmnya. Lo bisa baca di sini dan di sini. Untuk baca sinopsisnya. Gue nonton perahu kertas 2. Yang pertama gue gak nonton. Semula gue piker filmnya kaya di FTV gitu. Cerita cinta-cintaan ABG labil. Ketemu gak sengaja, ngobrol, jadian terus Nangis-nangis pas di putusin dan blabla. Jadi gue ga tertarik nonton saat itu. Meskipun gue tau, ngeliatin dari akunnya @deelestari penulis novelnya dan penulis scenario Perahu Kertas. Banyak yang mensyen doi, apresiasi pelemnya bagus. Hah! Penasaran. Gue pengen baca novelnya dulu. Sebagai #AnakKosanSejati baca novel nya versi ebook alias pdf nya doong. Ada temen yang ngasih ebook nya. Dah lama sih ngasihnya. Tapi baru sabtu malem (bukan malam minggu, bedakan sodara-sodara, muehehe) pekan lalu (13/10/2012) gue baca di leptop. Dilanjutkan minggu siang sampe sore (14/10) total gue ngabisin 9 jam buat namatin 450 halaman novelnya. Setelah itu gue ngerasa, gue perlu buat nonton filmnya. Alasan paling utama, kaya gimana sih sosok-sosok kugy, keenan, remi, luhde, dkk. Kayak apasih lukisannya keenan, seberapa lucunya sih si Kugy, Suasana ubud, pantai di Jawa Barat yang kata keenan paling keren. Arrgh… Gue wajib nonton! Itu kesan setelah gue baca novelnya. Hari menonton itu tiba. Muehehe. Senen siang, gue piker masih ada tiket 15 rebuan di hari senen. Dan gue tersadar, harga segitu ada pas gue SMA, thn 2005 lalu. Gue beli karcis seharga 25 rebu di Royal Plaza, Surabaya. Dan ini kali ke dua gue nonton di Bioskop di Surabaya sendiriannn. Setelah the Avengers, awal Mei lalu. Muehehe.. Oke karena gue ga lagi nyeritain isi ceritanya. Gue ambil hikmahnya aja yaaa... Passion Hal ini jadi hikmah utama yang gue ambil. Passion, sesuatu yang lo suka dan lo merasa hati lo ada di situ. Kugy pengen banget jadi Penulis dan Juru Dongeng. Keenan pengen banget jadi Pelukis. Yang karna satu-dan-lain-hal (istilah di dunia diplomasi yang artinya, ada hal yg nge hambat). Sehingga kugy dan keenan “berputar jadi yang lain, dan akan kembali jadi diri sendiri nanti” menurut gue ini keren banget! Juru dongeng mungkin gak bisa diandelin buat dapet penghasilan disana, Kugy, dan pelukis bukan cita-cita yang dimau orangtua Keenan. Gue ngerasa untuk tahu passion itu perlu proses yang panjang dan ketika lo dah merasa mantep di situ. Itulah passion lo! Gue akan nulis lebih dalem soal passion ini nanti  Mimpi Genre film-film yang keren kayak laskar pelangi, sang pemimpi, terakhir Negeri 5 menara. Adalah cerita anak muda yang punya mimpi-mimpi besar dan berusaha mewujudkannya. Dan cerita-cerita ini pun mendadak ngehits dan punya jutaan pembaca setia. Dan gue merasa, perahu kertas juga punya hikmah itu. Mimpi kecil yang menjadi kenyataan. Tentu dengan perjuangan mendapatkannya. Kugy dan Keenan meskipun gak secara eksplisit digambarkan ‘berhasil’ jadi penulis buku dongeng yang bestseller dan pelukis yang keliling-pameran. Sahabat Hikmah ini bikin siapapun bakal ngerasa sahabatan itu jauh lebih penting dari sekedar cinta-cintaan cowok-cewek. I do agree. Kugy-kenaan-Eko-dan Noni. Sahabatan deket karena se – kampus  yang dengan hebohnya Dee ngebuat semuanya kayak saling beririsan. Noni pacaran sama Eko, Eko punya sepupu namanya Keenan, Kugy sahabat kecilnya Noni. Tambatan Hati Nah, yang ini gue agak mesem-mesem buat nulisinnya. Gue kutip lagi liriknya perahu kertas diatas yaa : “Perahu kertas mengingatkanku / Betapa ajaibnya hidup ini / Mencari-cari tambatan hati / Kau sahabatku sendiri”  kalo di cerita perahu kertas versi film dan novel emang agak laen dikit. Dan ini wajar, namanya juga film yang di adaptasi  dari novel (a film adapted novel) bukan novel yang difilmkan (a novel filmed) *bener gak tuh istilah gue, muehehe*. Karena keenan dan Kugy sudah terlanjur suka sedari awal, tapi gak diutarakan sedari awal. Kemudian cerita berkembang. Saat kenaan harus Drop Out kuliah dan menentap di Ubud, Bali ketemu dengan Luhde. Kugy yang lulus cepat, mulai magang kerja dan bertemu Remi. Mereka masing-masing merasa dekat. Keenan dan Luhde, Kugy dan Remi. Skenario di putar puter sedemikian rupa. HIngga masing-masing pasangan itu. Luhde tahu Keenan ternyata memendam energy cinta ke Kudy. Remi pun demikian tahu Kudy sayang Kenaan. Namanya juga Film. Begitulah bisik hati ini. Suka di bolak balik aja tuh situasi. Sang sutradara dan penulis scenario punya andil besar. Tapi jauuh, kita tarik cerita film itu dalam keseharian. Hidup kita pun laiknya darama – film. Ada sutradara, ada penulis scenario. Dialah Allah swt. Dan kita adalah para actor, aktris pendukung. Bisa jadi – bisa tidak. (Tsaaah) Kalo kata Gita Gutawa, “tak perlulah aku keliling dunia  karena ku telah menemukanmu, disini…” muehehe.. Surabaya, 20/10/2012, 14.29 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline