Lihat ke Halaman Asli

Aria Sumanti

Japanese Teacher

Belajar Setia dari Hachiko

Diperbarui: 4 Oktober 2023   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi penulis

Shibuya adalah salah satu tempat terkenal yang wajib dikunjungi saat ke Tokyo. Tempat anak-anak muda Jepang berkumpul dengan segala aktivitas dan juga toko-toko fashion berjejer di sisi jalan. Shibuya crossing adalah salah satu tempat penyeberangan paling ramai dan terkenal di dunia, siapapun yang mampir pasti akan mencoba sensasi menyebrang di antara ratusan orang di Shibuya crossing. Satu yang tidak kalah terkenal di Shibuya dan menjadi ikon dearah tersebut adalah patung Hachiko yang terdapat di depan Stasiun Shibuya. 

Di tengah keramaian dan gedung-gedung yang tinggi di Shibuya tidak jarang patung Hachiko dijadikan spot saat orang Jepang untuk tempat janjian, serta dijadikan tempat berfoto bagi para wisatawan. Bukan hanya sekedar patung anjing biasa, Hachiko menyimpang cerita mengharukan yang dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Hachiko merupakan jenis anjing dari ras Akita inu (inu = anjing) yang lahir pada tahun 1923 berjenis kelamin jantan. Pemilik Hachiko adalah seorang dosen universitas yang menyukai anjing. Beliau tinggal dekat stasiun Shibuya. Setiap hari ada rutinitas yang dilakukan oleh Hachiko, yaitu menemani dan mengantar sang majikan saat pagi hari sampai stasiun Shibuya, serta menjemput sesuai dengan jam kepulangannya. 

Setelah satu tahun, dosen pemilik Hachiko meninggal secara mendadak dan Hachiko diambil oleh pemilik lain, namun kebiasaan Hachiko menjemput majikan sebelumnya tidak pernah terlewatkan bahkan sampai 7 tahun kemudian. Hachikopun mati di dekat stasiun Shibuya. Cerita Hachiko ini mengetuk hati banyak orang Jepang saat itu, sampai akhirnya dibangunlah patung Hachiko di depan stasiun Shibuya untuk mengenang kesetiannya.

Bagi orang Jepang cerita Hachiko adalah sebuah cerita yang sangat indah, karena bagi orang Jepang kesetiaan dan loyalitas menjadi salah satu sikap fundamental. Ajaran Konfusianisme memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi orang Jepang terkait kesetiaan dan loyalitas. Konfusianisme adalah ajaran yang berawal di Tiongkok dari 2000 tahun yang lalu dan sekarangpun memberikan pengaruh yang kuat di kawasan Asia Timur. 

Pengaruh Konfusiansme tersebut tercermin dari masyarakat Jepang yang menjunjung tinggi kesetiaan dan loyalitas. Jika kamu pernah mendengar tentang samurai, maka kamu akan mendapatkan cerita tentang samurai-samurai yang sangat setia terhadap majikan mereka dan menjunjung tinggi loyalitasnya. Itulah mengapa kisah Hachiko menjadi salah satu kisah kesetiaan yang sangat berkesan bagi orang Jepang.  

Sebelum Perang Dunia II orang Jepang merealisasikan sikap kesetiaan mereka kepada negara dan Kaisar, namun setelah PD II Jepang mengalami perubahan yang besar, pemikiran harus setiap kepada negara dan Kaisar tidak sepenuhnya dimunculkan dalam kehidupan masyarakat Jepang. Namun, kesadaran orang Jepang sangat kuat terhadap "mematuhi kata-kata orang yang lebih tua usianya atau lebih tinggi jabatannya", "membalas budi kepada orang yang telah membantunya" dan melakukan kewajiban sepenuhnya untuk perusahaan tempat dirinya bekerja". Nah..bagaimana dengan di Indonesia, yuk..kita diskusikan bersama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline