Alzhameir! Lupa akut yang menggerogoti usia lanjut. Aku sedang berjuang melawan penyakit itu, yang sebenarnya tanpa disadari, menggerrogoti manusia lain pada umumnya secara perlahan dan (sekali lagi) 'tanpa disadari'.
Jujur, menulis sebetulnya salah satu hobi-ku dari sekian banyak hobi lainnya. Entah mengapa, hobi itu kian lama kian meredup dan nyaris tidak pernah kusentuh lagi. Blog pribadi ku pun (ariasdimultimedia.wordpress.com) jarang ku kunjungi, apalagi mengunggah tulisan baru.
Beruntung bagiku, Kompasiana, sebuah citizen media, tempat berkumpulnya penggila literasi, masih bermurah hati, belum membuang lamanku, walau tulisan terakhir tercantum 3 April 2013. Predikatku masih 'taruna', julukan bagi sosok yang belum berpengalaman dan masih tertatih dalam merangkai kata. Padahal tulisan terakhirku (Selamat Jalan Mata Pelajaran TIK) pernah menjadi trending topik saat dipublikasi di sana.
Jauh di lubuk hati, rasa penyesalan itu sebenarnya ada. Aku tidak pernah memupuk benih hobiku, hingga subur dan bisa kupetik hasilnya. Bibit itu lahir dari bacaan yang sering kusantap sewaktu kecil melalui Majalah Remaja Hai klasik tahun '70 hingga '80-an (jadoel amat).
Aku akrab dan hafal sekali goresan kalimat Leila S. Chudory, AGS Arya Dipayana, Yoppy OL. Apa lagi hasil karya sang maestro, Mas Arswendo Atmowiloto dengan Imung, Kiki dan lainnya. Namun semua itu terabaikan. Waktu demi waktu kubiarkan berlalu begitu saja tanpa pernah kucatat dalam aksara.
Beberapa teman remajaku yang masih menggeluti bidang ini, terus berkibar menghasilkan karya-karya jurnalistik atau karya sastra lainnya. Sementara aku, orang yang pernah mengais rejeki di salah satu harian terlaris di kotaku sebagai kontributor, mandeg dan tidak berbuat apa-apa. Aku betul-betul lupa bahwa aku pernah menghasilkan tulisan-tulisan bernas. Bahkan menjadi rujukan salah satu bahan ajar pelatihan kepala sekolah yang diterbitkan LPPKS Indonesia. Sekali lagi, aku 'lupa'. Alzhameir tengah menggerogotiku!
Seminggu yang lalu, bibit itu seolah bertunas kembali. Aku dipertemukan dengan CEO Media Guru, Muhammad Ikhsan dan Eko Prasetyo. Beliau mendrill-ku dengan tugas-tugas yang memaksaku untuk mengeluarkan kembali potensiku itu. Beliau memaksaku untuk memuntahkan seluruh ide, angan, perasaan dan kepekaan pandanganku terhadap lingkungan, atau apa saja, untuk diwujudkan menjadi kalimat. Sikap profesionalnya menjadikan aku ketagihan dan tidak ingin melewatkan sedikitpun waktu tanpa tulisan.
Menulis, bagiku sekarang sudah menjadi kebutuhan. Semakin menjadi kebutuhan, manakala diperlihatkan buku 'sulung'-ku yang akan segera terbit yang diperlihatkan Sang Motivator, Muhammad Ikhsan. Ah, ternyata 'alzhameir' itu bisa disembuhkan dengan 'menulis'.
Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H