Lihat ke Halaman Asli

Arianto Arianto

Guru SDN 44 Sungai Kakap

Kegiatan Desiminasi Budaya Positif di SDN 44 Sungai Kakap dan SMPN 7 Sungai Kakap

Diperbarui: 23 Agustus 2024   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru SDN 44 Sungai Kakap dan SMPN 7 Sungai Kakap

Pada tanggal 23 Agustus 2024, telah dilaksanakan kegiatan Desiminasi Budaya Positif di SDN 44 Sungai Kakap dan SMPN 7 Sungai Kakap. Acara ini merupakan bagian dari program Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 dengan narasumber Arianto, S.Pd sebagai pemateri, di mana dalam kegiatan ini narasumber dan guru berupaya mengali pemahaman mengenai penerapan budaya positif di sekolah.

Konsep Budaya Positif yang Dipaparkan

Dalam kegiatan ini, beberapa konsep penting tentang budaya positif di sekolah dipresentasikan, antara lain:

  1. Disiplin Positif dan Nilai Kebajikan Universal: Disiplin positif merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada kesadaran dan pengembangan perilaku baik melalui nilai-nilai kebajikan universal, bukan hukuman atau paksaan. Narasumber menjelaskan bahwa disiplin yang diterapkan di sekolah seharusnya bukan sekadar memberi hukuman bagi pelanggaran, melainkan membangun kesadaran dalam diri murid untuk berperilaku positif.
  2. Teori Motivasi, Hukuman, Penghargaan, dan Restitusi: Teori motivasi yang dijelaskan dibagi menjadi tiga: motivasi untuk menghindari hukuman, motivasi untuk meraih penghargaan, dan motivasi untuk menghargai diri sendiri. Dari ketiga motivasi tersebut, motivasi ketiga atau motivasi intrinsik yang diutamakan, karena berasal dari dalam diri siswa dan bersifat lebih kuat serta bertahan lama.
  3. Keyakinan Kelas: Keyakinan kelas adalah nilai-nilai universal yang telah disepakati bersama oleh guru dan murid, tanpa memandang perbedaan latar belakang. Proses penyusunan keyakinan kelas melibatkan murid secara aktif dalam merumuskan aturan yang mereka inginkan agar tercipta lingkungan kelas yang nyaman dan penuh nilai kebajikan. Dengan begitu, murid dapat lebih bertanggung jawab dan disiplin dalam menjaga suasana kelas.
  4. Kebutuhan Dasar Manusia: Setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan, kebebasan, serta kesenangan. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, akan berdampak pada perilaku murid di sekolah. Narasumber menjelaskan pentingnya memahami kebutuhan ini agar proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif.
  5. Restitusi dan Lima Posisi Kontrol: Restitusi adalah proses di mana murid yang melakukan kesalahan diberi kesempatan untuk memperbaiki dirinya dan kembali ke lingkungan kelas dengan karakter yang lebih baik. Guru diharapkan untuk berperan sebagai manajer yang mendampingi murid dalam proses restitusi, bukan sebagai penghukum atau pembuat rasa bersalah.
  6. Segitiga Restitusi: Konsep ini menggambarkan bagaimana guru dapat membimbing murid dalam menghadapi kesalahan, dengan memberikan pemahaman akan konsekuensi yang mereka perbuat, memotivasi untuk memperbaiki diri, serta menjaga kepercayaan diri mereka.

Implementasi Budaya Positif di Sekolah

Selama kegiatan ini, dipaparkan pula contoh penerapan budaya positif di sekolah, seperti pembiasaan datang tepat waktu, berdoa sebelum belajar, bertutur kata sopan, dan menjaga kebersihan. Aktivitas-aktivitas ini bertujuan untuk membangun lingkungan sekolah yang lebih kondusif, di mana setiap murid merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar serta berkembang secara positif.

Kegiatan Desiminasi Budaya Positif ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pemahaman baru bagi para guru dalam menerapkan disiplin yang tidak hanya fokus pada aturan dan hukuman, tetapi juga pada pengembangan karakter murid melalui pendekatan yang lebih manusiawi dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline